Friday, August 24, 2007

Fwd: [Perbendaharaan List] Renungan, kepada mereka yang sibuk berkarir!

---------- Forwarded message ----------
From: akega hudrie armawan <caksuroboyo_75@yahoo.co.id>
Date: Aug 24, 2007 7:24 AM
Subject: [Perbendaharaan List] Renungan, kepada mereka yang sibuk berkarir!
To: anggaran_1996@yahoogroups.com
Cc: perbendaharaan-list@yahoogroups.com

Seperti biasa Rudi,

Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di

rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Imron, putra pertamanya

yang baru duduk di kelas dua SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah

menunggu cukup lama.

"Kok, belum tidur?" sapa Rudi sambil mencium anaknya. Biasanya, Imron

memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat

ke kantor pagi hari. Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Imron

menjawab, "Aku nunggu Ayah pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih

gaji Ayah?" "Lho, tumben, kok nanya gaji Ayah? Mau minta uang lagi,

ya?"

"Ah, enggak. Pengen tahu aja."

"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10 jam

dan dibayar Rp 400.000,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja.

Jadi, gaji Ayah dalam satu bulan berapa, hayo?"

Imron berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara

ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Rudi beranjak menuju

kamar untuk berganti pakaian, Imron berlari mengikutinya.

"Kalau satu hari ayah dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam

ayah digaji Rp 40.000,- dong," katanya. "Wah, pinter kamu. Sudah,

sekarang cuci kaki, bobok," perintah Rudi. Tetapi Imron tak beranjak.

Sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian, Imron kembali bertanya,

"Ayah, aku boleh pinjam uang Rp 5.000,- nggak?" "Sudah, nggak

usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini? Ayah capek. Dan

mau mandi dulu. Tidurlah."

"Tapi, Ayah..." Kesabaran Rudi habis.

"Ayah bilang tidur!" hardiknya mengejutkan Imron. Anak kecil itu pun

berbalik menuju kamarnya.

Usai mandi, Rudi nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok Imron di kamar

tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Imron didapatinya sedang

terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp 15.000,- di tangannya. Sambil

berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Rudi berkata,

"Maafkan Ayah, Nak. Ayah sayang sama Imron. Buat apa sih minta uang

malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok'
kan bisa. Jangankan Rp 5.000,- lebih dari

itu pun ayah kasih." "Ayah, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti

aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama

seminggu ini." Iya,iya, tapi buat apa?" tanya Rudi lembut.

"Aku menunggu Ayah dari jam 8. Aku mau ajak Ayah main ular tangga. Tiga

puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu Ayah itu sangat berharga.Jadi,

aku mau beli waktu ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000,-.Tapi karena Ayah

bilang satu jam Ayah dibayar Rp 40.000,-, maka setengah

jam harus Rp 20.000,-. Duit tabunganku kurang Rp 5.000,-. Makanya aku mau

pinjam dari Ayah," kata Imron polos. Rudi terdiam. Ia kehilangan

kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat.


--
[h][A][n][u][N][g] - living in the beautiful life

11 mdpl, 0°57'166" LS, 122°47'287" BT
"Semua Orang itu Guru, Alam Raya Sekolahku, Sejahteralah Bangsaku" - Marjinal

No comments: