Friday, August 24, 2007

Fwd: [Perbendaharaan List] Renungan, kepada mereka yang sibuk berkarir!

---------- Forwarded message ----------
From: akega hudrie armawan <caksuroboyo_75@yahoo.co.id>
Date: Aug 24, 2007 7:24 AM
Subject: [Perbendaharaan List] Renungan, kepada mereka yang sibuk berkarir!
To: anggaran_1996@yahoogroups.com
Cc: perbendaharaan-list@yahoogroups.com

Seperti biasa Rudi,

Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di

rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Imron, putra pertamanya

yang baru duduk di kelas dua SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah

menunggu cukup lama.

"Kok, belum tidur?" sapa Rudi sambil mencium anaknya. Biasanya, Imron

memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat

ke kantor pagi hari. Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Imron

menjawab, "Aku nunggu Ayah pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih

gaji Ayah?" "Lho, tumben, kok nanya gaji Ayah? Mau minta uang lagi,

ya?"

"Ah, enggak. Pengen tahu aja."

"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10 jam

dan dibayar Rp 400.000,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja.

Jadi, gaji Ayah dalam satu bulan berapa, hayo?"

Imron berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara

ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Rudi beranjak menuju

kamar untuk berganti pakaian, Imron berlari mengikutinya.

"Kalau satu hari ayah dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam

ayah digaji Rp 40.000,- dong," katanya. "Wah, pinter kamu. Sudah,

sekarang cuci kaki, bobok," perintah Rudi. Tetapi Imron tak beranjak.

Sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian, Imron kembali bertanya,

"Ayah, aku boleh pinjam uang Rp 5.000,- nggak?" "Sudah, nggak

usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini? Ayah capek. Dan

mau mandi dulu. Tidurlah."

"Tapi, Ayah..." Kesabaran Rudi habis.

"Ayah bilang tidur!" hardiknya mengejutkan Imron. Anak kecil itu pun

berbalik menuju kamarnya.

Usai mandi, Rudi nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok Imron di kamar

tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Imron didapatinya sedang

terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp 15.000,- di tangannya. Sambil

berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Rudi berkata,

"Maafkan Ayah, Nak. Ayah sayang sama Imron. Buat apa sih minta uang

malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok'
kan bisa. Jangankan Rp 5.000,- lebih dari

itu pun ayah kasih." "Ayah, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti

aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama

seminggu ini." Iya,iya, tapi buat apa?" tanya Rudi lembut.

"Aku menunggu Ayah dari jam 8. Aku mau ajak Ayah main ular tangga. Tiga

puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu Ayah itu sangat berharga.Jadi,

aku mau beli waktu ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000,-.Tapi karena Ayah

bilang satu jam Ayah dibayar Rp 40.000,-, maka setengah

jam harus Rp 20.000,-. Duit tabunganku kurang Rp 5.000,-. Makanya aku mau

pinjam dari Ayah," kata Imron polos. Rudi terdiam. Ia kehilangan

kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat.


--
[h][A][n][u][N][g] - living in the beautiful life

11 mdpl, 0°57'166" LS, 122°47'287" BT
"Semua Orang itu Guru, Alam Raya Sekolahku, Sejahteralah Bangsaku" - Marjinal

Monday, August 20, 2007

ga dapat2 :-(

klo lagi nyari malah ga dapat..

ga dicari malah daang sendiri..

duuh tuhan..kenapa takdirku begitu..

apakah aku tidak diijinkan memiliki yang kuinginkan?

apakah aku hanya diijinkan memiliki yang kubutuhkan?

--
[h][A][n][u][N][g] - living in the beautiful life

11 mdpl, 0°57'166" LS, 122°47'287" BT
"Semua Orang itu Guru, Alam Raya Sekolahku, Sejahteralah Bangsaku" - Marjinal

Friday, August 17, 2007

Fwd: [pangrango.com] Perayaan Proklamasi Kemerdekaan RI 1948

---------- Forwarded message ----------
From: Beruk <sri_sutyoko@yahoo.co.uk>
Date: Aug 15, 2007 10:13 PM
Subject: [pangrango.com] Perayaan Proklamasi Kemerdekaan RI 1948
To: pangrango@yahoogroups.com

Dalam pidato peringatannya Presiden Sukarno menyatakan a.l., bahwa
tanggal 1 Desember 1949 merupakan tanggal terakhir bagi pembentukan
Negara Indonesia Serikat (NIS).

Presiden pun menyampaikan pandangannya yang jelas sekali tentang
"cita-cita nasional kita dan pendirian yang kita ambil dalam
perundingan dengan Belanda."

Dalam pidato itu dengan tegas digambarkan sikap yang harus diambil
oleh delegasi Indonesia. Republik Indonesia bersedia ikut serta dalam
pemerintah sementara dengan syarat-syarat sbb.:

"1. Pemerintah Sementara itu sifatnya nasional dengan kekuasaan yang tertentu.

2. Yang duduk di dalamnya hendaklah orang-orang yang cakap dan
mempunyai rasa tanggung-jawab serta cukup terkenal dalam kalangan
masyarakat seluruh Indonesia.

3. Pemerintah Sementara itu berdasar kepada dasar demokrasi dan
dapat menghargai tumbuhnya demokrasi di kalangan ra'yat.

4. Pemerintah Sementara itu bertanggung-jawab kepada Konstituante
yang dipilih secara demokrasi oleh ra'yat Indonesia seluruhnya.
Konstituante ini menyiapkan pula Undang-Undang Dasar Negara Indonesia
Serikat, menentukan negara-negara bagiannya dan mengesahkan Statut Uni
Belanda-Indonesia.

Pendek kata, Republik bersedia ikut serta dalam Pemerintah interim
yang nasional. Kedaulatan, souvereiniteit, dalam prinsipnya ada di
tangan Belanda, tetapi dalam prakteknya -- berdasarkan fasal I alinea
2 dari pada additional principles -- dijalankan oleh Pemerintah
Sementara."

Dalam kesempatan peringatan tersebut Perdana Menteri Mohammad Hatta
memerintahkan untuk melepaskan sejumlah besar (145 orang) tahanan
pengikut Tan Malaka yang tersangkut dalam Peristiwa 3 Juli 1946.

Tampaknya, demikian Kreutzer, "Hatta ingin menggunakan kaum Trotskis
Indonesia untuk melawan kaum komunis". (KP37; LUxv; MEN7-9; ST46)

* Tanggal 17 Agustus 1948 kedudukan wakil RI di Australia, Usman
Sastroamidjojo, meningkat pesat ketika beberapa pegawai Kementerian
Luar Negeri datang mengunjungi resepsi perayaan ulang tahun ke-3 RI.
Sesuai dengan ketentuan preseden, tindakan demikian mempermudah bagi
para tamu lainnya untuk datang. (LM195)

* Dengan surat keputusan Presiden No. 69 yang diumumkan hari ini
diberikan grasi kepada orang-orang hukuman politik, Mr. Moh. Yamin
cs., yang tersangkut dalam perkara peristiwa 3 Juli 1946. Dalam surat
keputusan yang ditetapkan di Yogya pada tgl. 9/8 yang lalu dinyatakan,
bahwa grasi itu diberikan dengan jalan mengurangi lamanya hukuman
masing-masing sedemikian rupa, sehingga mereka pada Hari Kemerdekaan
tgl. 17 Agustus 1948 ini dimerdekakan.

Grasi tersebut diberikan dengan mengingat pasal 14 Undang-undang
Dasar kepada bekas Jenderal Mayor R. Sudarsono, Mr.Moh. Yamin, Mr.
Achmad Subardjo, Mr. Iwa Kusuma Sumantri, Mr. Sundoro Budiarto
Martoatmodjo, dan R.Moh. Saleh. Dinyatakan, bahwa walaupun
pertimbangan-pertimbangan yang disebutkan dalam surat keputusan itu
berlaku juga bagi terhukum Dr.R. Buntaran Martoatmodjo, kepadanya
tidak lagi mungkin diberikan
grasi, karena ia telah habis menjalani hukumannya.

Pertimbangan-pertimbangan, dalam pemberian grasi itu a.l. ialah:
a. Dalam negara hukum yang demokratis tiap-tiap warga negara merdeka
dalam menyatakan pikirannya dan mengejar terlaksananya cita-cita
politiknya, akan tetapi dalam batas-batas peraturan negara.
b. Barang siapa dalam melaksanakan cita-citanya melanggar hukum harus
dituntut di muka pengadilan, kecuali jika penun-tutan itu benar-benar
akan bertentangan dengan kepentingan negara.
c. Penuntutan di muka hakim harus diselesaikan dengan putusan
pengadilan, agar terang buat mesyarakat seluruhnya, bahwa perbuatan
yang dituntut itu benar-benar merupakan pelanggaran hukum.
d. Dengan putusan Mahkamah Tentera Agung pada tgl. 20/5 yang lalu
pengadilan telah menyatakan, bahwa perbuatan para terhukum itu
benar-benar merupakan pelanggaran hukum, sehingga buat Pemerintah
maksud penuntutan di muka hakim telah tercapai.
e. Pemerintah yakin, bahwa terhukum selanjutnya akan dapat
menyesuaikan dirinya dengan putusan hakim tersebut dengan arti
selanjutnya, bahwa mereka akan memperhatikan batas-batas
peraturan-peraturan negara di dalam melaksanakan cita-cita politiknya.

Dikatakan pula selanjutnya, bahwa perjuangan negara dan bangsa
Indonesia akan diperkuat, karena mendapat bantuan yang berharga,
apabila para terhukum segera dapat mencurahkan tenaga dan pikirannya
di dalam perjuangan tersebut, dan karena itu menjadi kepentingan
negara untuk selekasnya mengembalikan para terhukum ke tengah
masyarakat.

Sebagai pernah kita kabarkan, menurut kepu-tusan Mahkamah Tentera
Agung pada tgl. 20/5 kepada bekas Jenderal Mayor Sudarsono dan Mr.Moh.
Yamin masing-masing dijatuhi hukuman 4 tahun, karena si tertuduh
melakukan kejahatan memimpin percobaan untuk merobohkan pemerintah
yang syah.

Kepada Mr. Subardjo, Mr. Iwa Kusuma Sumantri, Mr. Budiarto, Dr.
Buntaran dan R.Moh. Saleh pada tgl. 20/5 itu dijatuhi hukuman
masing-masing 3 tahun, 3 tahun, 2 tahun 6 bulan, 2 tahun dan 2 tahun 6
bulan dengan tuduhan: Melakukan kejahatan dengan percobaan untuk
merobohkan pemerintahan yang syah. (Antara; FAK21,56)

* Pemerintah mulai melakukan ofensif terhadap PKI (Partai Komunis
Indonesia) dengan pertama-tama melepaskan Tan Malaka dan para tahanan
politik anti Sayap Kiri.

Seratus empat puluh lima orang tahanan politik dibebaskan, a.l. Mr.
Ahmad Subardjo, Mr. Iwa Kusuma Sumantri, Mohammad Saleh Sundoro, Mr.
Budhiarto Martoatmodjo, dan Dr. Buntaran Martoatmodjo, dibebaskan dari
penjara di Jalan Wilis, Madiun, berkenaan dengan ulang tahun ke-3 RI.
Untuk itu Mr. Sartono memerlukan datang ke penjara guna memberitahukan
keputusan Pemerintah.

Sebelumnya telah dibebaskan juga Mr. Muhammad Yamin dan Jenderal
Mayor Sudarsono. (AK437; KU89; SOO222)

* Musso menulis surat kepada rekan-rekannya:

"Kedatangan saya di Indonesia pertama kali untuk menghamba tanah air
dan Rakyatnya. Indonesia sekarang telah mempunyai Republik sendiri dan
ia hingga tanggal 17 Agustus 1948 telah berusia tiga tahun. Ini
berarti bahwa kita telah merdeka dan berdaulat selama waktu itu.
Tetapi oleh karena kedaulatan Republik kita masih dipersoalkan oleh
Belanda, saya seharusnya juga berusaha untuk meneguhkan Republik kita.
Peneguhan ini jalannya hanya satu, ialah memperkuat persatuan di
antara semua Rakyat Indonesia ... untuk menentukan kedaulatan Republik
kita dan melanggengkan, mengekalkan kemerdekaan negeri dan Rakyatnya."
(ST24; Muso dalam "Kepada Kawan2 Komunis Indonesia", maj. "Bintang
Merah", 19 Agustus 1948, dalam FAK114)

* "Imperialis Amerika (dengan membawa Australia) menyodorkan suatu
usul kompromi untuk memaksa Republik gulung tikar. Usul gulung tikar
ini diterima baik oleh pemerintah likuidator-kanan Hatta-Sjafruddin &
Co., yang meneruskan politik likuidasi Sutan Sjahrir. Usul likuidasi
ini bermaksud melucuti tentara revolusi, membekukan perhubungan
politik luar negeri Republik, menindas demokrasi, dll. hal yang
menguntungkan dan memperkuat kedudukan imperialisme." (D.N. Aidit
dalam "17 Agustus 1948; Bersatu dan terus berlawan", maj. "Bintang
Merah", 19 Agustus 1948, dalam FAK114)

* Bertepatan dengan peringatan "Hari 3 tahun Merdeka" oleh Himpunan
Mahasiswa Islam, Pemuda Demokrat Indonesia, GPII dan Pelajar Islam
Indonesia diproklamirkan terbentuknya Front Nasional Pemuda yang
bertujuan: Negara Nasional Indonesia Merdeka yang berdasarkan
ke-Tuhanan yang Maha Esa, Kebangsaan Indonesia, Peri Kemanusiaan,
Kedaulatan Rakyat dan Keadilan Sosial.

Dalam kata penjelasannya a.l. dikatakan, bahwa sebagai axioma
dipegang teguh tercapainya Kemerdekaan Nasional bagi seluruh kepulauan
Indonesia yang merupakan syarat mutlak untuk dapat mencapai cita-cita
seluruh rakyat Indonesia. Dikatakan, bahwa organisasi-organisasi
pemuda yang lebih mementingkan organisasinya sendiri daripada
mementingkan negara, mengakibatkan pecahnya persatuan pemuda dan bahwa
gabungan organisasi pemuda yang telah ada ternyata tidak dapat
meliputi seluruh organisasi-organisasi pemuda dan tidak dapat
memelihara lagi persatuan seluruh pemuda Indonesia. Karena itu keempat
organisasi tersebut di atas memelopori pembentukan Front Nasional
Pemuda untuk mengerahkan segenap tenaga pemuda Indonesia bagi
kepentingan perjuangan kemerdekaan nasional. Demikian a.l. diterangkan
dalam kata penjelasan. (Antara)

* Di Bandung dibuka kembali Konperensi Federal. (KU89)

* Pemerintah Republik Indonesia mengumumkan kena-ikan gaji pegawai
negeri, termasuk gaji guru.

Khusus dalam hal guru, langkah ini dimaksudkan untuk memperbaiki
kondisi material guru, juga untuk menempatkan guru pada derajat yang
lebih sesuai dengan kedudukannya di tengah masyarakat. (MEN82)

* Dengan mengemukakan bahwa beberapa desa di daerah perbatasan yang
dikuasai Republik menyebabkan kerusuhan dan kekacauan di daerah
Belanda, Belanda minta untuk membantu menenteramkan desa-desa
tersebut. Permintaan ini ditolak oleh pihak Republik.

Permintaan itu dikemukakan dalam perundingan informeel yang diadakan
atas permintaan Belanda pada tgl. 16/8 di Trowulan yang dikunjungi
oleh Letkol Kretarto, Mayor Sutedjo dan beberapa lainnya dari pihak
Republik, Letkol Wierda, Letkol Harkoma dan Kapten Kattekamp dari
pihak Belanda, serta peninjau-peninjau militer KTN Mayor Pullen
(Inggeris), Mayor Norton (USA), dan Sharflek (Australia). Belanda
mengemukakan usulnya meminta beberapa desa di daerah perbatasan.
Dikatakannya, bahwa kerusuhan terjadi di daerah yang diawasi Belanda,
yang mungkin sekali disebabkan oleh infiltrasi dari daerah Republik.
Oleh karena itu pihak Belanda minta untuk turut menenteramkan daerah
Republik di dekat perbatasan.

Permintaan ini ditolak oleh Letkol Kretarto. Ia menyangkal adanya
infiltrasi. (Antara)

* Dari Jakarta dikabarkan, "Pemerintah Federal Sementara" yang telah
dibentuk oleh Belanda mengumumkan, bahwa peringatan hari ulang tahun
kemerdekaan Republik Indonesia di daerah pendudukan dilarang, kecuali
yang diadakan di dalam ruangan rumah tertutup. Yang bersifat umum atau
terbuka, yang bersifat rapat, pertemuan atau demonstrasi, mengibarkan
bendera merah-putih, dilarang dan tidak akan dapat diijinkan dengan
cara bagaimana saja. Dengan demikian maka di kota Jakarta, peringatan
di pekarangan gedung Republik Pegangsaan Timur 56 tak dibolehkan,
kecuali kalau diadakan di dalam gedung.

Juga pers dikekang. Kepada pers telah diberikan tahu dilarang
mengadakan sesuatu siaran atau penerbitan yang bersifat menganjurkan
diadakannya perayaan 17 Agustus.

Dalam pada itu berita "Aneta" pagi ini memberi kesan, bahwa satu di
antara dua telah dilakukan: larangan tersebut telah dicabut atau
dilanggar oleh rakyat. Semalam pertemuan diadakan juga di pekarangan
gedung Republik yang dikunjungi oleh antara 500 dan 800 orang pemuda
Indonesia. Insiden terjadi. Seorang agen polisi tertembak kepalanya
sehingga tewas, dan kemudian terjadi tembak-menembak sehingga 3 pemuda
mendapat luka. Hasil pemeriksaan insiden ini belum diumumkan.

Berita itu tak menyatakan, siapa yang melepaskan tembakan yang
pertama. (Antara)

* Ulang tahun ke-III Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dirayakan
secara besar-besaran di seluruh Aceh.

Di Taman Sari, Kotaraja (sekarang Banda Aceh), dilangsungkan upacara
peletakan batu pertama Gedung Nasional yang dihadiri oleh Gubernur
Sumatera Utara Mr.S.M. Amin, Gubernur Militer Aceh, Langkat dan Tanah
Karo Tgk.Muhd. Daud Beureueh, Residen Inspektur Tuanku Mahmud, Residen
Aceh T.T.Mohd. Daudsjah, Sultan Siak Sjarif Kasim, pembesar sipil dan
militer serta pemimpin masyarakat.

Ketua Panitia, Amelz, menyatakan dalam pembukaannya:

"Pada hari ini, hari yang bersejarah bagi kehidupan bangsa Indonesia,
kita akan meletakkan batu pertama dari Gedung Nasional yang akan
merupakan gedung yang didirikan atas usaha dan demi cita-cita rakyat
seluruhnya."

Peletakan batu pertama dilakukan oleh Gubernur Sumatera Utara,
dilanjutkan dengan peresmian Taman Sari sebagai Taman Bunga Nasional.
Sesudah itu diadakan pawai keliling kota yang diikuti oleh pengusaha,
petani, pegawai, barisan perjuangan, Angkatan Bersenjata, pelajar, dan
penduduk umum- nya. Mereka membawa berbagai semboyan perjuangan sambil
mengumandangkan pekik "merdeka" dan takbir, sementara murid sekolah
menyanyikan lagu-lagu perjuangan. (TM2 385)

* Malam: Di kediaman resmi Gubernur Sumatra Utara berlangsung resepsi
ulang tahun kemerdekaan yang dihadiri oleh para pembesar sipil dan
militer, pemimpin perjuangan, pemuka masyarakat, dan pejabat teras
pemerintahan.

Anggota Badan Pekerja Dewan Perwakilan Aceh Ng. Suratno menyatakan a.l.:

"Sebagai penduduk dari Daerah Republik Indonesia, kami amat gembira
dan bangga, hari ini dapat memperingati serta memuliakan hari
Proklamasi Kemerdekaan.

Sesungguhnya rakyat Aceh telah tiga tahun penuh hidup dalam udara
yang berbahagia. Semoga Tuhan Yang Maha Esa tetap memperlindungi
bangsa Indonesia dalam perjuangannya mempertahankan kemerdekaan.

Pada hari bersejarah perjuangan Bangsa Indonesia ini saya
menyampaikan bahwa rakyat berhasrat hidup merdeka 100%."

Dalam sambutannya, Gubernur Sumatera Utara Mr.S.M. Amin secara
panjang lebar menguraikan perjuangan 70.000.000 rakyat Indonesia yang
tiada gentar menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan, demi
tercapainya kemerdekaan penuh bagi Bangsa dan Negara. (TM2 385-6)

* Memperingati 3 tahun berdirinya Negara Republik Indonesia, Gubernur
Sumatra Utara Mr.S.M. Amin menyerukan kepada segenap lapisan
masyarakat supaya patuh kepada Kepala Negara, kepada Pemerintah, dan
kepada seluruh alat kekuasaannya. Dikatakannya a.l.:

"Obor yang telah kita pasang 3 tahun yang lampau dari sehari ke
sehari bertambah terang juga cahayanya, menyinarkan kebenaran dan
keadilan ke seluruh pelosok dunia yang gelap gulita dalam topan dan
halilintar agresi perang kolonial Belanda yang ganas itu.

Tiga tahun telah kita lalui, di samping kita berjuang mempertahankan
hak milik kita dari se-rangan tentera Belanda, ke dalam kita harus
pula membangun dan membina, menegakkan negara yang stabil untuk
kemakmuran rakyatnya yang berjumlah 80 juta itu dan keluar kita harus
pula berhadapan dengan seluruh negara-negara besar, berjuang di atas
papan catur politik dunia dalam gedung Dewan Keamanan UNO.

Apabila kita tinjau sebentar dan pertimbangkan tiga macam corak
perjuangan yang harus kita hadapi, maka tidak dapat disangkal lagi dan
harus kita akui bahwa perjuangan di lapangan pembangunan dan pembinaan
di dalam negeri adalah perjuangan yang mahaberat dan mahasuci.

Kesulitan yang kita hadapi dalam membangun dan membina ini timbulnya
tidak lain karena gangguan-gangguan dari pihak Belanda, terutama
dengan adanya blokkade ekonomi mereka dan kedua dengan tidak adanya
goodwill dari pihak sana yang setiap waktu melanggar
perjanjian-perjanjian atau persetujuan-persetujuan yang telah dibuat
oleh kedua belah pihak.

Tetapi walaupun bagaimana besarnya rintangan-rintangan dari pihak
Belanda yang maksud dan tujuannya tidak lain ialah untuk menghancurkan
dan melenyapkan Republik ini dari sejarah dunia, namun demikian
usaha-usaha yang tidak jujur dari pihak sana itu hingga dewasa ini
tidak berhasil dan rintangan-rintangan itu baik besar maupun kecil
dapat kita atasi. Dan kesanggupan yang luar biasa dari pihak Indonesia
itu tidak lain karena adanya persatuan yang kokoh dan erat, kepatuhan
kepada Kepala Negara dan Pemerintah." (TM2 386)

* Menyambut ulang tahun ketiga NRI, Residen Aceh T.T.M Daudsjah minta
agar segenap golongan dalam masyarakat tetap bersatu untuk
menyelesaikan perjuangan. Dikatakannya a.l.:

"Meskipun kita telah tiga tahun merdeka, perjuangan kita masih jauh
dari selesai. Biarpun misalnya perjuangan telah beralih dari senjata
ke politik, tetapi pekerjaan di lapangan yang lain masih banyak lagi
dan akan memakan waktu bertahun-tahun lamanya.

Bagaimanapun kesusahan yang akan dialami di dalam masa yang akan kita
tempuh, saya yakin semua itu dapat kita atasi berkat persatuan kita.

Jikalau Negara Republik Indonesia telah dapat kita tegakkan, juga
segala sesuatu yang harus kita kerjakan di masa yang akan datang dapat
juga kita selesaikan.

Kalau kita tetap bersatu seperti di awal kemerdekaan, segala yang
berat akan menjadi ri- ngan. Apalagi kita semua tentu berperasaan,
bahasa apa yang telah kita kerjakan untuk tanah air kita itu, bukanlah
supaya jasa itu akan mendapat balasan, malahan apa yang kita lakukan
semata-mata sebagai suatu kewajiban dari seorang warga negara terhadap
negaranya. Dan perasaan inilah yang dapat mengatasi segala kesulitan
dan kepahitan yang akan kita tempuh dan perasaan ini pulalah yang akan
mendorong kita untuk lebih bergiat di dalam menunaikan kewajiban
masing-masing untuk tanah air." (TM2 286-7)

(Sumber : Kronik Revolusi Indonesia 1948, Pramoedya Ananta Toer dkk)

--
[h][A][n][u][N][g] - living in the beautiful life

11 mdpl, 0°57'166" LS, 122°47'287" BT
"Semua Orang itu Guru, Alam Raya Sekolahku, Sejahteralah Bangsaku" - Marjinal

Fwd: [pangrango.com] Perayaan Proklamasi Kemerdekaan RI 1947

---------- Forwarded message ----------
From: Beruk <sri_sutyoko@yahoo.co.uk>
Date: Aug 15, 2007 10:10 PM
Subject: [pangrango.com] Perayaan Proklamasi Kemerdekaan RI 1947
To: pangrango@yahoogroups.com

* Rakyat Indonesia merayakan ulang tahun kedua hari kemerdekaannya.

* Wakil Presiden Mohammad Hatta dan rombongan yang sedang dalam
perjalanan keliling Sumatera merayakannya ulang tahun kedua proklamasi
di Bukittinggi. Masyarakat Indonesia di Australia mengadakan
rapat-rapat dan pertemuan. Juga masyarakat Indonesia di Kaledonia
Baru. (LU t.h.)

* Dalam pidatonya untuk memperingati ulang tahun proklamasi
kemerdekaan Indonesia yang kedua hari ini Wakil Presiden Mohammad
Hatta menyatakan a.l.:

"Tindakan Belanda yang berujud hendak menghancurkan Republik,
menimbulkan akibat yang sebaliknya. Dengan dibawanya soal Indonesia ke
dalam sidang Dewan Keamanan UNO (PBB) maka kedudukan kita sebagai
negara menjadi bertambah kuat. Pandangan dunia bertambah banyak kepada
kita, simpati dunia bertambah besar. Sebab itu, betapa juga sedihnya
suasana yang kita hadapi sekarang, kedudukan Republik Indonesia pada
hari ulang tahun yang kedua ini lebih kuat daripada waktu setahun
merdeka!" (LS93)

* Sutan Sjahrir atas nama Pemerintah Republik Indonesia (RI) menolak
usul yang diajukan oleh Amerika berupa tawaran "jasa-jasa baik" kepada
kedua belah pihak yang bersengketa, Indonesia dan Belanda.

Sebenarnya penolakan ini sudah diberikan pada 3 Agustus 1947, walau
tidak secara terang-terangan. Penolakan diberikan dengan jelas, ketika
Amerika menghendaki jawaban pada 18 Agustus 1947. (KN270)

* Pada hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang kedua hari ini
Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI), Jenderal
Sudirman, menyampaikan amanat kepada anggota APRI dan seluruh rakyat
Indonesia a.l. sbb.:

"Banyak pengorbanan yang telah diberikan sebagaimana tiap-tiap
perjuangan meminta korban. Beribu-ribu jiwa telah melayang,
harta-benda hancur musnah, namun Rakyat dan Bangsa Indonesia tetap
bertekad bulat melanjutkan perjuangan sampai cita-cita yang suci
tercapai dan cita-cita suci ini pasti akan tercapai.

Kepada para pahlawan yang telah gugur sebagai Bunga Bangsa, kami
sampaikan penghormatan kami yang diiringi dengan do'a semoga Tuhan
menempatkan arwah saudara-saudara dan anakku di tempat yang
sebaik-baiknya. Selanjutnya semoga kepada segenap keluarga yang
tinggal, diberi perlindungan dan kepuasan.

Terimalah ucapan terimakasih dari Bapak atas nama Pemimpin dan
keluarga Angkatan Perang Republik Indonesia seluruhnya.

Terimakasih kami ucapkan pula kepada segenap anak-anak dan
saudara-saudaraku yang kini masih sedang berjuang menunaikan
kewajibannya mendermakan bakti terhadap Nusa dan Bangsa. Tetap penuh
kepercayaan kami terhadap kesanggupan dan semangat segenap
anggota-anggota Angkatan Perang dan rakyat seluruhnya dalam menghadapi
segala macam ujian. Tekad yang telah dibuktikan, itulah menjadi
senjata yang terutama yang sanggup menghancur-leburkan siapapun yang
hendak menindas dan menjajah Negara dan Bangsa kita. Janganlah kita
berkecil hati melihat kemajuan-kemajuan musuh yang menggunakan
alat-alat perang yang serba lengkap dan modern. Musuh tidak dapat
bertahan lama, lebih-lebih jika segenap kekuatan Angkatan Perang
bersama-sama dengan Rakyat seluruhnya tetap erat bersatu lahir dan
bathin, tetap mempunyai jiwa yang merdeka, yang bernyala-nyala.

Percaya dan yakinlah, insya Allah kemenangan akhir ada di pihak kita,
karena Rakyat Indonesia benar-benar melakukan perang suci membela
kebenaran dan keadilan.

Kami percaya, anak-anak dan saudara-saudaraku sekalian akan tetap
menunaikan sumpah setianya terhadap Tuhan dan Ibu Pertiwi, dengan
tekad yang bulat satu, lebih baik Negara kita menjadi lautan api
daripada dijajah kembali.

Marilah kita bersama-sama pada saat hari perayaan peringatan
Proklamasi Indonesia Merdeka ini membulatkan kembali sumpah dan tekad
kita semula, timbul dan tenggelam bersama-sama dengan Negara kita.

Selanjutnya berjuang dengan girang, bekerja dengan gembira untuk Nusa
dan Bangsa."

Amanat ini oleh Pejabat Penerangan Aceh dan Sub Penerangan Tentara
Divisi X dicetak dan disebarkan ke segenap penjuru Daerah Aceh. (TM2
146-7)

* Lewat Radio Pemerintah Pusat, Bung Tomo menyatakan hari ini: "Di
Malang kawan-kawan kita telah membakar banyak rumah orang Belanda. Di
Surabaya mereka menembaki gedung bioskop ketika sedang diputar film
yang ditonton banyak orang Belanda.

Hai, rekan-rekan yang tinggal di wilayah yang diduduki Belanda: Pada
waktu orang Belanda sedang tertidur, diam-diam tuangilah rumah mereka
dengan minyak tanah, dan bakarlah rumah itu dengan korek api. Atau
kalau tidak, potonglah saja leher mereka. Ini mudah sekali, jauh lebih
mudah dari memotong ayam. Sebab untuk memotong ayam kita harus
mengucapkan doa, tapi untuk memotong Belanda tidak perlu. Tidak ada
yang lebih mudah dari itu. Hari ini adalah hari Tahun Baru (tanggal 17
Agustus ini adalah Tahun Baru Islam), sebab itu bunuhlah orang Belanda
itu, dan ambil pakaiannya, sebab itulah hadiah yang pantas bagi
kalian." (FA59)

* Dr. Sudarsono membuka The Office of the Representative (Kantor
Perwakilan Republik Indonesia) di New Delhi, India. Ia datang ke India
ditemani seorang sekretaris pribadi, Anneke, dan seorang karyawan
perhubungan, Munardjo.

Sebagai ketua Perwakilan Republik di luar negeri ia mengangkat
beberapa orang Deputy Representative (Wakil Muda) Baharuddin A. Ubani
untuk New Delhi, India, Maryunani untuk Rangoon, Birma, Idham (yang
sebelumnya bertugas di Negeri Belanda) untuk Pakistan.

Sebelum dikirim ke New Delhi, Dr. Sudarsono adalah Menteri Perbekalan
dalam Kabinet Sjahrir. (MS243)

* Genap dua tahun usia Republik Indonesia dirayakan di seluruh Aceh
dengan rapat-rapat umum, pertemuan-pertemuan, dan ceramah-ceramah
untuk mengobarkan semangat perjuangan. (TM2 147)

* Ulang tahun kedua kemerdekaan Indonesia yang jatuh bertepatan
dengan hari raya Idulfitri dirayakan secara besar-besaran dan dengan
penuh kegembiraan oleh masyarakat Aceh.

Residen Aceh, T.T. Mohd. Daudsjah, atas nama Pemerintah Keresidenan
Aceh, dari mimbar upacara menyampaikan ucapan selamat kepada seluruh
lapisan rakyat di daerah ini. Ia mengajak para pemuda dan orang tua,
lelaki dan perempuan, untuk tetap menyingsingkan lengan baju, waspada
dan siap sedia menghadapi setiap kemungkinan, "karena tentara Belanda
masih beringas hendak mencaplok daerah kita.

Insya Allah, berkat persatuan yang kokoh dan didorong rasa cinta
kepada kemerdekaan, setiap percobaan itu akan dapat kita patahkan,"
kata Residen.

Kepala Pejabat Penerangan Aceh, Osman Raliby, menguraikan secara urut
riwayat perjuangan yang berlangsung sejak tanggal 17 Agustus 1945
hingga hari itu.

A. Hasjmy atas nama para pejuang di daerah itu berjanji bahwa rakyat
Aceh akan berjuang terus sampai kemenangan akhir tercapai.

"Hendaknya Belanda jangan mencoba-coba terus memperluas daerah
kekuasaannya dengan melancarkan agresi militer besar-besaran. Karena
pejuang-pejuang Aceh pun, insya Allah, akan melancarkan
serangan-serangan memastikan terhadap kedudukan mereka," demikian A.
Hasjmy.

Untuk selingan, beberapa kali pimpinan rapat mempersilakan pemuda
pejuang, Said Ubaidillah, menyanyikan lagu kasidah. (TM2 148-9)

* Kota-kota di seluruh Aceh bertambah ramai oleh pengungsi yang
datang dari Keresidenan Sumatera Timur. Mereka memperkirakan bahwa di
tempat yang baru itu mereka akan terhindar dari ancaman pertempuran
yang setiap waktu dapat terjadi antara pejuang kemerdekaan Indonesia
dengan tentara Belanda dan kaki tangannya.

Sebagian pengungsi ditampung oleh sanak keluarga atau teman, sebagian
lagi berteduh di gedung-gedung sekolah dan bangunan-bangunan yang ada
di dalam kota. Mereka itu terdiri dari masyarakat umum dan pemimpin
berbagai organisasi politik dan sosial.

Kota Kualasimpang, Langsa, Lhokseumawe, Kutacane, dan Kotaraja
(sekarang Banda Aceh) menampung pengungsi dari bagian timur Sumatera
Utara, sedang kota Bakongan, Tapaktuan, dan Meulaboh menampung
pengungsi dari daerah belahan barat.

Akibat pengungsian itu harga-harga bahan makanan meningkat tajam.
Sementara itu karena penduduk sibuk dengan perjuangan, lahan-lahan
pertanian seperti sawah dan ladang banyak terbengkalai. (TM2 147-8)

* Gabungan Perkumpulan Tionghoa Perantauan (GPTP) Bireuen
menyumbangkan uang sebesar f 75.000,00 kepada Dewan Pembantu Angkatan
Darat di Bireuen.

Dalam upacara penyerahan sumbangan tersebut Ketua GPTP Bireuen, Tio
Moh Lam, menyatakan bahwa penduduk Tionghoa bersimpati kepada
perjuangan bangsa Indonesia, dan mencela tindakan sebagian orang
Tionghoa di Sumatera Timur yang bersikap dan berbuat merugikan
Republik Indonesia. (TM2 147)

* Hua Chiau Chung Kutacane menyerahkan sumbangan sebesar f 50.000,00
kepada Dana Perjuangan Kemerdekaan Indonesia setempat. (TM2 147)

* Di Taman Sari, Kotaraja, diselenggarakan solat Idulfitri.

Seusai solat diresmikan berdirinya Tugu Kemerdekaan di salah satu sudut taman.

Dalam kesempatan itu Residen Aceh membacakan teks Proklamasi
Kemerdekaan, dilanjutkan dengan pembukaan selubung tugu yang ditutup
dengan kain warna merah-putih, oleh A. Hasjmy selaku anggota Badan
Pekerja Dewan Perwakilan Rakyat Aceh.

Malam hari diadakan resepsi dan keramaian rakyat yang didatangi
puluhan ribu penduduk dari dalam dan luar kota. (TM2 149)

(Sumber : Kronik Revolusi Indonesia 1947, Pramoedya Ananta Toer dkk)


--
[h][A][n][u][N][g] - living in the beautiful life

11 mdpl, 0°57'166" LS, 122°47'287" BT
"Semua Orang itu Guru, Alam Raya Sekolahku, Sejahteralah Bangsaku" - Marjinal

Wednesday, August 15, 2007

Fwd: [pangrango.com] 17 Agustus 1945 - Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

---------- Forwarded message ----------
From: Beruk <sri_sutyoko@yahoo.co.uk>
Date: Aug 15, 2007 12:47 PM
Subject: [pangrango.com] 17 Agustus 1945 - Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
To: pangrango@yahoogroups.com

Proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan oleh Ir. Sukarno pada jam
10.00 pagi di halaman tempat kediamannya di Jalan Pegangsaan Timur 56,
Jakarta. Pembacaan dilakukan dalam sebuah upacara yang dihadiri oleh
sekitar 500 orang, a.l. para pemimpin pergerakan kemerdekaan
Indonesia, pemimpin pemuda, barisan keamanan, dan massa rakyat
Indonesia di Jakarta.

Upacara tanpa protokol itu diawali dengan pidato Ir. Sukarno,
diteruskan dengan pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, dan
ditutup kembali oleh Ir. Sukarno. Dilanjutkan dengan acara mengibarkan
bendera Merah-Putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan duduk-duduk
sekitar setengah jam.

Selengkapnya pidato dan proklamasi berbunyi demikian:

"Saudara-saudara sekalian!
Saya sudah minta saudara-saudara hadir di sini untuk menyaksikan satu
peristiwa maha-penting dalam sejarah kita.

Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berjuang untuk
kemerdekaan tanah-air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun!
Gelombangnya aksi kita untuk mencapai kemerdekaan kita ada naiknya dan
ada turunnya, tetapi jiwa kita tetap menuju ke arah cita-cita.

Juga di dalam jaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan
nasional tidak berhenti-henti. Di dalam jaman Jepang ini, tampaknya
saja kita menyandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada hakekatnya
tetap kita menyusun tenaga kita sendiri, tetap kita percaya kepada
kekuatan sendiri.

Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib-bangsa dan
nasib tanah-air di dalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani
mengambil nasib dalam tangan sendiri akan dapat berdiri dengan
kuatnya.

Maka kami, tadi malam telah mengadakan musyawarat dengan
pemuka-pemuka rakyat Indonesia, dari seluruh Indonesia.
Permusyawaratan itu seia sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang
saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita.

Saudara-saudara! Dengan ini kami nyatakan kebulatan tekad itu.
Dengarkanlah proklamasi kami:

PROKLAMASI

KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN INDONESIA.
HAL-HAL YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN LAIN-LAIN,
DISELENGGARAKAN DENGAN CARA SEKSAMA DAN DALAM TEMPO YANG
SESINGKAT-SINGKATNYA.

JAKARTA, 17 AGUSTUS 1945
ATAS NAMA BANGSA INDONESIA

SOEKARNO-HATTA

Demikianlah, saudara-saudara!
Kita sekarang telah merdeka!
Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah-air kita dan bangsa kita!
Mulai saat ini kita menyusun Negara kita! Negara Merdeka, Negara
Republik Indonesia, merdeka kekal dan abadi.

Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu!" (OD13-4)

(Sumber : Kronik Revolusi Indonesia 1945, Pramoedya Ananta Toer dkk)

--
[h][A][n][u][N][g] - living in the beautiful life

11 mdpl, 0°57'166" LS, 122°47'287" BT
"Semua Orang itu Guru, Alam Raya Sekolahku, Sejahteralah Bangsaku" - Marjinal

Fwd: [pangrango.com] 15 Agustus 1945 - 2 Hari Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

---------- Forwarded message ----------
From: Beruk <sri_sutyoko@yahoo.co.uk>
Date: Aug 15, 2007 12:24 PM
Subject: [pangrango.com] 15 Agustus 1945 - 2 Hari Menjelang Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia
To: pangrango@yahoogroups.com


Pagi :
Perwira-perwira Prajurit Pembela Tanah Air (PETA) seluruh Jawa
dikumpulkan di Bogor. Seorang perwira Jepang dengan bercucuran air
mata mengumumkan atas perintah Tenno Heika (Kaisar Jepang), bahwa
Jepang sudah menyerah kepada Sekutu.

Sore :
Subadio Sastrosatomo dan Subianto datang ke rumah Hatta, mengabarkan
bahwa Jepang sudah menyerah, dan minta supaya Sukarno sebagai pemimpin
rakyat atas nama rakyat mengucapkan proklamasi lewat radio ke seluruh
dunia.

Hatta menyatakan, bahwa Jepang telah mengakui kemerdekaan Indonesia,
dan penyelenggaraannya terserah kepada PPKI. Karena itu rapat akan
diadakan di Pejambon besok.

Kedua pemuda menyatakan, bahwa hal itu harus dihalangi. Hatta
mengajukan beberapa alasan, tapi sampai setengah jam berdebat tidak
tercapai hasil apapun. Kedua pemuda mengatakan:

"Di saat revolusi, kami rupanya tidak dapat membawa Bung serta. Bung
tidak revolusioner!"

Hatta menjawab: "Saya pun menginginkan revolusi, tapi ingin
menyiapkan organisasinya. Tindakan kalian itu Putsch, seperti yang
dilakukan Hitler di Muenchen tahun 1923." "Bung tak bisa diharapkan
mengadakan revolusi," jawab mereka. (HS28-9)

Malam :
Keputusan rapat golongan pemuda disampaikan oleh Wikana dan Darwis
kepada Ir. Sukarno di Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Wikana menuntut
agar proklamasi dinyatakan oleh Ir. Sukarno keesokan harinya. Ia
menyatakan, akan terjadi pembunuhan dan pertumpahan darah besok, kalau
keinginan itu tak dilaksanakan. Mendengar itu Sukarno marah dan
berkata:

"Inilah leher saya, seret saya ke pojok dan sudahi nyawa saya, tak
usah tunggu besok. Saya tidak bisa melepaskan tangggung jawab saya
sebagai Ketua PPKI. Karena itu akan saya tanyakan kepada wakil-wakil
PPKI besok."

"Maksud kami bukan membunuh Bung. Kami cuma mau memperingatkan, kalau
kemerdekaan tak diproklamirkan malam ini juga, besok rakyat akan
bertindak membunuhi orang-orang yang dicurigai, yang pro-Belanda,
seperti orang Ambon dll."

Menurut para pemuda itu, jam 12.00 besok 15.000 rakyat akan menyerbu
ke kota, dan itulah saat yang baik bagi PETA dan pemuda untuk
merobohkan pemerintahan Jepang. (HS14)

Adegan itu disaksikan golongan nasionalis angkatan tua seperti Hatta,
Dr. Buntaran Martoatmodjo, Dr. Samsi, Mr. Ahmad Subardjo, Mr. Iwa
Kusumasumantri. Mereka masih menekankan pentingnya diadakan rapat PPKI
lebih dahulu.

Hatta usul untuk bicara dengan Sukarno, Ahmad Subardjo, dan Buntaran
selama 15 menit. Usul diterima.

Kesimpulan pertemuan 4 orang: Kalau pemuda memaksakan kehendaknya,
maka mereka harus mencari pimpinan lain yang belum bekerjasama dengan
Jepang, dan keempat pemimpin akan menyokong revolusi.

Perundingan macet, dan semua bubar. Ahmad Subardjo mengantarkan Hatta
pulang. (HS...)

(Sumber : Kronik Revolusi Indonesia 1945; Pramoedya Ananta Toer dkk)


--
[h][A][n][u][N][g] - living in the beautiful life

11 mdpl, 0°57'166" LS, 122°47'287" BT
"Semua Orang itu Guru, Alam Raya Sekolahku, Sejahteralah Bangsaku" - Marjinal

Fwd: [pangrango.com] 16 Agustus 1945 - 1 Hari Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

---------- Forwarded message ----------
From: Beruk <sri_sutyoko@yahoo.co.uk>
Date: Aug 15, 2007 12:45 PM
Subject: [pangrango.com] 16 Agustus 1945 - 1 Hari Menjelang Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia
To: pangrango@yahoogroups.com

Kaisar Hirohito memerintahkan penghentian seluruh pertempuran menyusul
pernyataan menyerah tanpa syarat. (MA133)

* Hari ini oleh pimpinan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) direncanakan untuk menyelenggarakan rapat PPKI dan
mengumandangkan proklamasi kemerdekaan Indonesia, tetapi karena
Sukarno-Hatta dibawa ke Rengasdengklok oleh para pemuda maka keduanya
gagal dilaksanakan. (HS15; ASE33)

* Jam 04.00: Waktu makan sahur, Sukarni dkk. datang ke rumah Hatta,
Mereka menjelaskan: Karena semalam Sukarno tak mau melakukan
proklamasi, maka pemuda mengambil putusan sendiri:
1. Sukarno-Hatta dibawa ke Rengasdengklok untuk memimpin republik
Indonesia dari sana;
2. Menjelang jam 12.00, 15.000 rakyat-mahasiswa-PETA akan menyerbu
dan melucuti Jepang. Rombongan menuju rumah Sukarno, dan di sana
mengambil Sukarno, Fatmawati, dan Guntur yang waktu itu baru berumur 9
bulan. Selanjutnya berangkat dengan beberapa mobil. Di persimpangan
sebelum Krawang sedan digantikan dengan mobil pickup, dan sedan
kembali ke Jakarta. Tiba di asrama PETA Rengasdengklok yang muat 40-50
orang, dengan Komandan Dr. Sutjipto. Mereka naik rumah berlantai
papan, bertikar. Masuk Camat Rengasdengklok yang ditahan. Sejam
kemudian, tanpa Camat, rombongan dipindahkan ke rumah Cina yang
jauhnya sekitar 300 m. (...)

* Jam 10.00: Laksamana Maeda dari Kaigun (Angkatan Laut)
memberitahukan kepada Ahmad Subardjo tentang penyerahan Jepang kepada
Sekutu. Subardjo gagal membawa serta Sukarno dan Hatta, karena
sebelumnya mereka sudah "dijemput" para emuda/PETA dan disembunyikan
di Rengasdengklok untuk diminta memproklamasikan kemerdekaan menurut
konsep para pemuda itu sendiri. (ASE33)

* Rapat ketiga para pemuda, yang memutuskan untuk minta Yon PETA dan
pemimpin organisasi-organisasi paramiliter di Jakarta mencetuskan
pemberontakan rakyat terhadap Jepang. Tetapi petang itu juga pimpinan
top PETA Jakarta menarik kembali janjinya. HS14)

* Jam 12.30: Hatta minta pengawal memanggil Sukarni. Sukarni datang,
dan diminta untuk mengecek tentang serbuan ke Jakarta seperti
direncanakan. Sekembali dari mengecek, Sukarni menyatakan tidak ada
kabar, dan tidak ada kontak dengan Jakarta.

* Jam 15.00: Syucokan (Residen) Sutardjo yang datang memeriksa
persediaan beras di Rengasdengklok datang sebagai tawanan.

* Jam 18.00: Sukarni mengatakan, bahwa Ahmad Subardjo datang atas
perintah Gunseikan untuk menjemput Sukarno-Hatta. Rombongan
Sukarno-Hatta kembali ke Jakarta, yaitu Fatmawati, Guntur, dan
Sutardjo di mobil depan, dan Sukarno, Hatta, Ahmad Subardjo di mobil
belakang.

* Jam 20.00: Tiba di Jakarta. Sutardjo mengantarkan Fatmawati dan
Guntur pulang, Sukarno dan lain-lain ke rumah Hatta. Kemudian Hatta
minta Ahmad Subardjo agar menelepon Hotel des Indes untuk menyiapkan
rapat PPKI. Hotel menjawab, mulai jam 22.00 tidak lagi ada acara.
Ahmad Subardjo lalu usul untuk menelepon Laksamana Maeda. Ternyata
Maeda bersedia menerima rapat di rumahnya. Datang telepon dari
penterjemah Miyoshi yang menyampaikan pesan Sumobuco (Kepala Staf Umum
Operasi Jepang) Mayor Jendral Nishimura, apakah Sukarno-Hatta bisa
datang.

* Jam 22.00: Berkumpul di rumah Laksamana Maeda. Di situ Maeda
menyatakan: "Saya mencintai Indonesia Merdeka." Dan selanjutnya ke
rumah Nishimura. Terjadi percakapan antara Nishimura dengan Hatta.

N: Mulai jam 13.00 tadi Jepang tak boleh mengubah status quo. Jadi
tentara Jepang menjadi alat Sekutu. Sayang, Jepang tak bisa menolong
para pemimpin Indonesia menyelenggarakan kemerdekaan.
H: (Memperingatkan janji Jepang kepada Sukarno-Hatta-Radjiman lewat
Jendral Terauchi).
N: Tapi sekarang rapat PPKI terpaksa kami larang. H dkk.: Kalau
Jepang tak bisa memenuhi janjinya, rakyat Indonesia sendiri yang akan
memerdekakan dirinya. Jepang jangan menghalang-halangi.
N: Kami harus menghalangi terjadinya perubahan atas status quo.
H dkk.: Apakah tentara Jepang akan menembaki Pemerintah Indonesia?
N: Apa boleh buat. Tapi sabarlah, Sekutu memperhatikan keinginan
bangsa Indonesia. Kami terpaksa menjilat Sekutu.
H: Apakah itu janji dan perbuatan samurai? Demi nasib yang kurang
jelek? Hanya berani pada orang yang lemah? Kami akan menunjukkan,
bagaimana samurai menghadapi suasana yang berubah. Nishimura hanya
menyetujui diadakannya "jamuan minum teh".
Maeda pulang diam-diam. Miyoshi tertegun-tegun dalam menterjemahkan.
Sesudah itu mereka ke rumah Maeda.

* Jam 24.00: Sidang PPKI di rumah Laksamana Maeda, dihadiri para
pemimpin pemuda, pemimpin pergerakan, dan anggota Cuo Sangi-in,
berjumlah 40-50 orang. Sementara itu di luar gedung berkumpul banyak
pemuda. (HS33-50)

* Para prajurit Gyugun (Tentara Sukarela), Heiho (Pembantu Tentara),
dan Tokubetsu Keisatsutai (Pasukan Polisi Istimewa) di Banda Aceh dan
lain-lain tempat di Aceh dikumpulkan di asrama masing-masing oleh
komandannya, perwira Jepang, dan diberitahukan bahwa perang telah
berakhir. Semua kesatuan mereka dibubarkan, dan mereka diperintahkan
berkemas, tetapi mereka hanya diperbolehkan membawa pakaian.
Itu sebabnya banyak di antara para prajurit itu berjalan hilir-mudik
di jalan raya dan di pasar. (TB4)

* Di Padang dilaksanakan pembubaran kesatuan-kesatuan Gyugun. Kepada
mereka dikatakan bahwa perang telah berakhir, sehingga anggota Gyugun
boleh kembali ke kampung masing-masing. (AS79)

(Sumber : Kronik Revolusi Indonesia 1945, Pramoedya Ananta Toer dkk)


--
[h][A][n][u][N][g] - living in the beautiful life

11 mdpl, 0°57'166" LS, 122°47'287" BT
"Semua Orang itu Guru, Alam Raya Sekolahku, Sejahteralah Bangsaku" - Marjinal

Monday, August 13, 2007

Fwd: [Perbendaharaan List] Renungan Perkawinan

---------- Forwarded message ----------
From: iwanoor <iwanoor@yahoo.com>
Date: Aug 13, 2007 12:57 PM
Subject: [Perbendaharaan List] Renungan Perkawinan
To: perbendaharaan-list@yahoogroups.com

Dua orang yang baik, tapi mengapa perkawinan tidak berakhir bahagia

Ibu saya adalah seorang yang sangat baik, sejak kecil, saya melihatnya
dengan begitu gigih menjaga keutuhan keluarga. Ia selalu bangun dini
hari, memasak bubur yang panas untuk ayah, karena lambung ayah tidak
baik, pagi hari hanya bisa makan bubur. Setelah itu, masih harus
memasak sepanci nasi untuk anak-anak, karena anak-anak sedang dalam
masa pertumbuhan, perlu makan nasi. Dengan begitu baru tidak akan
lapar seharian di sekolah. Setiap sore, ibu selalu membungkukkan badan
menyikat panci, setiap panci di rumah kami bisa dijadikan cermin,
tidak ada noda sedikikt pun. Menjelang malam, dengan giat ibu
membersihkan lantai, mengepel seinci demi seinci, lantai di rumah
tampak lebih bersih dibandingkan sisi tempat tidur orang lain, tiada
debu sedikit pun meski berjalan
dengan kaki telanjang. Ibu saya adalah seorang wanita yang sangat rajin.

Namun, di mata ayahku, ia (ibu) bukan pasangan yang baik. Dalam
proses pertumbuhan saya, tidak hanya sekali saja ayah selalu
menyatakan kesepiannya dalam perkawinan, tidak memahaminya. Ayah saya
adalah seorang laki-laki yang bertanggung-jawab. Ia tidak merokok,
tidak minum-minuman keras, serius dalam pekerjaan, setiap hari
berangkat
kerja tepat waktu, bahkan saat libur juga masih mengatur jadual
sekolah anak-anak, mengatur waktu istrirahat anak-anak, ia adalah
seorang ayah yang penuh tanggung
jawab, mendorong anak-anak untuk berprestasi dalam pelajaran. Ia suka main
catur, membuat kaligrafi, suka larut dalam dunia buku-buku kuno.

Ayah saya adalah seorang laki-laki yang baik, di mata anak-anak, ia
maha besar seperti langit, menjaga kami, melindungi kami dan mendidik
kami. Hanya saja di mata ibuku, ia juga bukan seorang pasangan yang
baik. Dalam proses pertumbuhan saya, kerap kali saya melihat ibu
menangis terisak secara diam diam di sudut halaman. Ayah menyatakannya
dengan kata-kata, sedangkan ibu dengan aksi, menyatakan kepedihan yang
dijalani dalam perkawinan. Dalam proses pertumbuhan, aku melihat juga
mendengar ketidak-berdayaan dalam perkawinan ayah dan ibu, sekaligus
merasakan betapa baiknya mereka, dan mereka layak mendapatkan sebuah
perkawinan yang baik.

Sayangnya, dalam masa-masa keberadaan ayah di dunia, kehidupan
perkawinan mereka lalui dalam kegagalan. Sedangkan aku juga tumbuh
dalam kebingungan, dan aku bertanya pada diriku sendiri: Dua orang
yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia?

Pengorbanan yang dianggap benar Setelah dewasa, saya akhirnya
memasuki usia perkawinan, dan secara perlahan?lahan saya pun
mengetahui akan jawaban ini. Di masa awal perkawinan, saya juga sama
seperti ibu, berusaha menjaga keutuhan keluarga, menyikat panci dan
membersihkan lantai, dengan sungguh-sungguh berusaha memelihara
perkawinan sendiri. Anehnya, saya tidak merasa bahagia, dan suamiku
sendiri sepertinya juga tidak bahagia. Saya merenung, mungkin lantai
kurang bersih, masakan yang tidak enak. Lalu dengan giat saya
membersihkan lantai lagi, dan memasak dengan sepenuh hati. Namun,
rasanya kami berdua tetap saja tidak bahagia?

Hingga suatu hari, ketika saya sedang sibuk membersihkan lantai,
suami saya berkata:
"Istriku, temani aku sejenak mendengarkan alunan musik!" Dengan mimik
tidak senang saya berkata: "Apa tidak melihat masih ada separuh lantai
lagi yang belum dipel?"
Begitu kata-kata ini terlontar, saya pun termenung, kata-kata yang
sangat tidak asing di telinga, dalam perkawinan ayah dan ibu saya, ibu
juga kerap berkata begitu sama ayah. Saya sedang mempertunjukkan
kembali perkawinan ayah dan ibu, sekaligus mengulang kembali
ketidak-bahagiaan dalam perkawinan mereka. Ada beberapa kesadaran
muncul dalam hati saya. "Apa yang kamu inginkan?" Saya hentikan
sejenak pekerjaan saya, lalu memandang suamiku, dan teringat akan ayah
saya? Ia selalu tidak mendapatkan pasangan yang dia inginkan dalam
perkawinannya. Waktu ibu menyikat panci lebih lama daripada
menemaninya. Terus menerus mengerjakan urusan rumah tangga adalah cara
ibu
dalam mempertahankan perkawinan. Ia memberi ayah sebuah rumah yang
bersih, namun,
jarang menemaninya, sibuk mengurus rumah. Ia berusaha mencintai ayah
dengan caranya, dan cara ini adalah mengerjakan urusan rumah tangga.
Dan aku juga menggunakan caraku berusaha mencintai suamiku, cara saya
juga sama seperti ibu.
Perkawinan saya sepertinya tengah melangkah ke dalam sebuah cerita
"Dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang
bahagia?"

Kesadaran saya membuat saya membuat keputusan (pilihan) yang sama.
Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu duduk di sisi suami,
menemaninya mendengarkan musik, dan dari kejauhan saat memandangi kain
pel di atas lantai seperti menatapi nasib ibu.

Saya bertanya pada suamiku: "Apa yang kau butuhkan?" "Aku
membutuhkanmu untuk menemaniku mendengarkan musik. Rumah kotor sedikit
tidak apa-apalah, nanti saya carikan pembantu untukmu, dengan begitu
kau bisa menemaniku!" ujar suamiku.
"Saya kira kamu perlu rumah yang bersih, ada yang memasak untukmu, ada yang
mencuci pakaianmu?. dan saya mengatakan sekaligus serentetan hal-hal
yang dibutuhkannya. " "Semua itu tidak penting!", ujar suamiku. Yang
paling kuharapkan adalah kau bisa lebih sering menemaniku. Ternyata
sia-sia semua pekerjaan yang saya lakukan,
hasilnya benar-benar membuat saya terkejut. Kami meneruskan menikmati
kebutuhan masing-masing, dan baru saya sadari ternyata dia juga telah
banyak melakukan pekerjaan
yang sia-sia, kami memiliki cara masing-masing bagaimana saling
mencintai, namun, bukannya cara pihak kedua.

Jalan kebahagiaan
Sejak itu, saya menderetkan sebuah daftar kebutuhan suami, dan
meletakkanya di atas meja buku, Begitu juga dengan suamiku, dia juga
menderetkan sebuah daftar kebutuhanku. Puluhan kebutuhan yang panjang
lebar dan jelas, seperti misalnya waktu
senggang menemani pihak kedua mendengarkan musik, saling memeluk kalau
sempat, setiap pagi memberi sentuhan selamat jalan bila berangkat.
Beberapa hal cukup mudah dilaksanakan, tapi ada juga yang cukup sulit,
misalnya: 'Dengarkan aku, jangan memberi komentar'. Ini adalah
kebutuhan suami. Kalau saya memberinya usul, dia bilang akan merasa
dirinya akan tampak seperti orang bodoh. Menurutku, ini benar-benar
masalah gengsi laki-laki. Saya juga meniru suami tidak memberikan
usul, kecuali dia bertanya pada saya. Kalau tidak saya hanya boleh
mendengarkan dengan serius, menurut
sampai tuntas. Demikian juga ketika salah jalan. Bagi saya ini
benar-benar sebuah jalan yang sulit dipelajari, namun, jauh lebih
santai daripada mengepel, dan dalam kepuasan kebutuhan kami ini,
perkawinan yang kami jalani juga kian hari semakin penuh daya hidup.
Saat saya lelah, saya memilih beberapa hal yang gampang dikerjakan,
misalnya menyetel musik ringan. Dan kalau lagi segar bugar merancang
perjalanan ke luar kota. Menariknya, pergi ke taman flora adalah hal
bersama dan kebutuhan kami. Setiap ada pertikaian, kami selalu pergi
ke taman flora, dan selalu bisa menghibur gejolak hati masing-masing.

Sebenarnya, kami saling mengenal dan mencintai juga dikarenakan
kesukaan kami pada taman flora, lalu bersama kita menapak ke tirai
merah perkawinan. Kembali ke taman bisa kembali ke dalam suasana hati
yang saling mencintai bertahun-tahun silam. Bertanya pada pihak kedua:
"Apa yang kau inginkan", kata-kata ini telah menghidupkan sebuah jalan
kebahagiaan lain dalam perkawinan. Keduanya akhirnya melangkah ke
jalan bahagia. Kini,
saya tahu kenapa perkawinan ayah ibu tidak bisa bahagia. Mereka
terlalu bersikeras
menggunakan cara sendiri dalam mencintai pihak kedua, bukan mencintai
pasangannya dengan cara pihak kedua. Diri sendiri lelahnya setengah
mati, namun pihak kedua tidak dapat merasakannya. Akhirnya ketika
menghadapi penantian perkawinan, hati ini juga sudah kecewa dan
hancur. Karena Tuhan telah menciptakan perkawinan, maka menurut saya,
setiap orang pantas dan layak memiliki sebuah perkawinan yang bahagia,
asalkan cara yang kita pakai itu tepat, menjadi orang yang dibutuhkan
pihak kedua! Bukannya
memberi atas keinginan kita sendiri. Perkawinan yang baik, pasti
dapat diharapkan.~

--
[h][A][n][u][N][g] - living in the beautiful life

11 mdpl, 0°57'166" LS, 122°47'287" BT
"Semua Orang itu Guru, Alam Raya Sekolahku, Sejahteralah Bangsaku" - Marjinal

Sunday, August 12, 2007

kangen

mengapa tiba2 kangen seseorang itu..

mengapa aku tidak bsa membencimu yang tidak pernah mengirim sinyal balik..

mengapaaa...???

pergi sajalah engkau yang tidak bisa menerimaku begini adanya..

enyahlah dari ingatanku..

enyah...!!


--
[h][A][n][u][N][g] - living in the beautiful life

11 mdpl, 0°57'166" LS, 122°47'287" BT
"Semua Orang itu Guru, Alam Raya Sekolahku, Sejahteralah Bangsaku" - Marjinal

Tuesday, August 7, 2007

Fwd: Jurnalis Yahudi vs Pak Haji

---------- Forwarded message ----------
From: Chalendra <chalendra.ranu@singgar-mulia.co.id>
Date: Aug 7, 2007 8:10 AM
Subject: Jurnalis Yahudi vs Pak Haji


Seorang jurnalis Yahudi*, Leopold Weiss:


Pemandangan kaum muslimin yang sedang shalat menjadi benang pertama
dalam kisah keislamannya. Dia menuturkan kisah keislamannya dalam
bukunya yang berjudul The Road to Mecca (Jalan ke Mekah).


Dia bercerita, "Pada musim gugur tahun 1922, aku tinggal di sebuah
rumah di kota tua al-Quds. Seringkali aku duduk-duduk di dekat jendela
yang memanjang di atas halaman luas di belakang rumah itu. Halaman itu
milik seorang laki-laki Arab yang biasa dipanggil 'Pak Haji'. Dia
sering menyewakan keledai-keledainya untuk tunggangan dan angkutan
barang. Dia menjadikan sebagian halaman itu sebagai tempat singgah
bagi kafilah-kafilah. Di siang hair, tubuh-tubuh onta gemuk biasa
menderum di halaman tersebut. Sejumlah laki-laki selalu ramai, serius
mengurusi unta-unta dan keledai-keledai itu. …

Pak Haji sendiri selalu mengumpulkan mereka beberapa kali di siang
hari untuk shalat. Mereka semua berdiri dalam satu shaf yang
memanjang, dan Pak Haji yang menjadi imam. Mereka ibarat sebuah
pasukan kalau dilihat dari gerakan-gerakan mereka. Semuanya serempak
membungkuk ke arah Mekah, kemudian menyungkur sujud. Dahi-dahi mereka
menempel ke bumi. Mereka mengikuti ucapan-ucapan pelan pemimpin
mereka. Dia berdiri di antara rukuk dan sujud, dengan meletakkan kedua
kakinya. Yang tak beralas di atas sajadahnya yang khusus untuk shalat,
meletakkan kedua tangannya di atas dadanya, dan menggerak-gerakkan
bibirnya tanpa suara., tenggelam dalam kekhusyukan yang dalam. Engkau
akan dapat melihat kalau dia shalat dengan segenap jiwanya. Aku
benar-benar dibuat gelisah melihat shalat yang begitu mendalam diikuti
gerakan-gerakan tubuh yang otomatis.

Maka, pada suatu hari aku bertanya kepada Pak Haji, karena dia paham
sedikit-sedikt bahasa Inggris., "Apakah Anda benar-benar yakin bahwa
Allah melihat penghormatan-penghormatan yang Anda tampakkan kepada-Nya
dengan mengulang-ulang rukuk dan sujud itu? Bukankah lebih tepat kalau
seseorang memisahkan lalu shalat kepada Allah dengan hatinya? Untuk
apa semua gerakan-gerakan tubuh Anda itu?" Hampir-hampir aku tidak
mampu melontarkan pertanyaan-pertanyaan itu tanpa merasa bersalah dan
mencela diri sendiri. Hal itu karena aku tidak berniat melukai
perasaan orang tua yang salaeh ini.

Akan tetapi, Pak Haji tidak menampakkan sedikit pun tanda-tanda
tersinggung. Malah mulutnya melebarkan senyuman. Dia menjawab, "Kalau
begitu, dengan cara apakah kita menyembah Allah? Bukankah jasad dan
ruh itu Allah ciptakan bersamaan? Jika demikian halnya, tidak wajibkah
manusia shalat dengan jasadnya sebagaimana dia shalat dengan ruhnya?
Dengarlah, saya akan memahamkan Anda mengapa kami kaum muslimin
melaksanakan shalat sebagaimana yang kami lakukan selama ini. Kami
mengarahkan wajah-wajah kami ke arah Ka'bah, Baitullah al-Haram, di
Mekah, dan seluruh kaum muslimin di manapun mereka berada juga
menghadap ke arah Ka'bah dalam shalat mereka. Kami ini seperti satu
tubuh. Allahlah yg menjadi pusat pikiran kami saat itu.


Pertama-tama kami berdiri lurus, lalu membaca sejumlah ayat dari
al-Quran al-Karim dengan penuh keyakinan bahwa ia adalah firman Allah
yang diturunkan kepada manusia. Maksudnya agar kami menjadi
orang-orang yang selalu lurus dan ridha dalam kehidupan dunia.
Kemudian—untuk mengingatkan diri-diri kami—kami mengucapkan bahwa
tidak ada satu pun yang berhak disembah kecuali Allah. Lalu kami rukuk
karena kami menganggap Allah ada di atas segala sesuatu. Kami memuji
kebesaran dan keagungan-Nya. Sesudah itu kami sujud meletakkan
dahi-dahi kami ke tanah dengan penuh kesadaran bahwa kami asalnya
tidak ada dan berasal dari tanah, dan bahwa Dialah yang menciptakan
kami. Dia Tuhan kami Yang Mahatinggi. Lalu kami mengangkat wajah kami
dari bumi dan duduk berdoa kepada-Nya dengan harapan Dia mengampuni
dosa-dosa kami, mencurahkan rahmat-Nya kepada kami, memberi hidayah ke
jalan-Nya yang lurus, dan melimpahi kesehatan dan rezeki kepada kami.
Kemudian kami sujud untuk kedua kalinya ke bumi, meletakkan dahi-dahi
kami ke tanah di hadapna keagungan Zat Yang Maha Esa lagi Mahatunggal.
Setelah itu, kami duduk meluruskan punggung kami, berdoa kepada Allah
dengan harapan Dia melimpahkan shalawat kepada Nabi Muhammad saw. Yang
telah menyampaikan risalah-Nya kepada kami, dan kepada seluruh Nabi
sebelum beliau, serta memberkati kami dan seluruh orang yang mengikuti
jalan-Nya.

Kami memohon kepada-Nya agar melimpahkan kepada kami kebaikan di dunia
dan kebaikan di akhirat. Akhirnya, kami memalingkan wajah kami ke
kanan dan ke kiri seraya berucap: Assalamu'alaikum warahmatullahiwa
barakatuhu, memberi salam kepada seluruh orang saleh di mana pun
mereka berada."

Kemudian Muhammad Asad (Leopold Weiss) berkata, "Beberapa tahun
kemudian, aku menyadari bahwa Pak Haji dengan penjelasan yang panjang
lebar itu telah membukakan pintu awal buatku untuk masuk Islam . Akan
tetapi, sampai saat itu, yaitu sebelum aku dipenuhi pikiran bahwa
Islam suatu ketika mungkin menjadi agamaku, aku mulai merasakan
ketenangan yang tidak seperti biasanya setiap kali aku melihat—dan
sangat sering aku melihat– seorang laki-laki berdiri dengan kaki
telanjang di atas sajadahnya, atau di atas tikar dari daun kurma, atau
di atas tanah kosong, bersedekap dan menundukkan kepalanya, tenggelam
dengan urusan dirinya, lupa dengan segala yang sedang terjadi di
sekelilingnya, baik itu terjadi di salah satu masjid atau di tepi
sebuah jalan yang ramai. Laki-laki yang percaya diri."

--
[h][A][n][u][N][g] - living in the beautiful life
YM: hanung_665

11 mdpl, 0°57'166" LS, 122°47'287" BT
"Semua Orang itu Guru, Alam Raya Sekolahku, Sejahteralah Bangsaku" - Marjinal

Wednesday, August 1, 2007

Fwd: Mengapa kita membaca AlQuran meskipun kita tidak mengerti artinya?

---------- Forwarded message ----------
From: Chalendra <chalendra.ranu@singgar-mulia.co.id>
Date: Aug 1, 2007 4:51 PM
Subject: Mengapa kita membaca AlQuran meskipun kita tidak mengerti artinya?
To: Akhmad Khabibi <kbh651@yahoo.co.id>
Cc: tarantula mx <tarantula_mx@yahoo.com>, Muhartriyas Wibisono
<muhartriyas@yahoo.com>, Indah Setyorini <indah_setyo_fkua@yahoo.com>,
Hanung <hanung665@gmail.com>, Gigih Mardana
<gigihmardanaku@yahoo.com>, Dira Lestari <gate_tsu@yahoo.com>, Citra
<seekei_ck@yahoo.com>, Cahyo Budi Nugroho
<cahyobudinugroho@gmail.com>, awidya santikajaya <akhi_cok@yahoo.com>,
Andik Prasetyo <andp_buanavizta@yahoo.com>, Ana Fitri
<ning_tias@eramuslim.com>


This is a beautiful story

An old American Muslim lived on a farm in the mountains of eastern
Kentucky with his young grandson. Each morning Grandpa wakeup early
sitting at the kitchen table reading his Quran. His grandson wanted to
be just like him and tried to imitate him in every way he could. One
day the grandson asked, "Grandpa! I try to read the Qur'an just like
you but I don't understand it, and what I do understand I forget as
soon as I close the book. What good does reading the Qur'an do?" The
Grandfather quietly turned from putting coal in the stove and replied,
"Take this coal basket down to the river and bring me back a basket of
water." The boy did as he was told, but all the water leaked out
before he got back to the house. The grandfather laughed and said,
"You'll have to move a little faster next time," and sent him back to
the river with the basket to try again. This time the boy ran faster,
but again the bas ket was empty before he returned home. Out of
breath, he told his

grandfather that it was impossible to carry water in a basket, and he
went to get a bucket instead. The old man said, "I don't want a bucket
of water; I want a basket of water. You're just not trying hard
enough," and he went out the door to watch the boy try again. At this
point, the boy knew it was impossible, but he wanted to show his
grandfather that even if he ran as fast as he could, the water would
Leak out before he got back to the house. The boy again dipped the
basket into river and ran hard, but when he reached his grandfather
the basket was again empty. Out of breathe, he said, "See Grandpa,
it's useless!" "So you think it is useless?" The old man said, "Look
at the basket." The boy looked at the basket and for the first time
realized that the basket was different. It had been transformed from a
dirty old coal basket and was now clean, inside and out. "Son, that's
what happens when you read the Qur'an. You mi ght not understand or
remember everything, but when you read it, you will be changed, inside
and out. That is the work of Allah in our lives.

" If you feel this email is worth reading, please forward to your
contacts/friends. Prophet Muhammad ( p.b.u.h) says: "The one who
guides to good will be rewarded equally"

Terjemahan bebasnya:

Suatu cerita yang indah:

Seorang Muslim tua Amerika bertahan hidup di suatu perkebunan di suatu
pegunungan sebelah timur Negara bagian Kentucky dengan cucu lelakinya
yg masih muda. Setiap pagi Kakek bangun lebih awal dan membaca Quran
di meja makan di dapurnya. Cucu lelaki nya ingin sekali menjadi
seperti kakeknya dan mencoba untuk menirunya dalam cara apapun
semampunya. Suatu hari sang cucu nya bertanya, " Kakek! Aku mencoba
untuk membaca Qur'An seperti yang kamu lakukan tetapi aku tidak
memahaminya, dan apa yang aku pahami aku lupakan secepat aku menutup
buku. Apa sih kebaikan dari membaca Qur'An? Dengan tenang sang Kakek
dengan meletakkan batubara di dasar keranjang, memutar sambil
melobangi keranjang nya ia menjawab, " Bawa keranjang batubara ini ke
sungai dan bawa kemari lagi penuhi dengan air." Maka sang cucu
melakukan seperti yang diperintahkan kakek, tetapi semua air habis
menetes sebelum tiba di depan rumahnya.

Kakek tertawa dan berkata, "Lain kali kamu harus melakukukannya lebih
cepat lagi," Maka ia menyuruh cucunya kembali ke sungai dengan
keranjang tsb untuk dicoba lagi. Sang cucu berlari lebih cepat, tetapi
tetap, lagi2 keranjangnya kosong sebelum ia tiba di depan rumah.
Dengan terengah-engah, ia berkata kepada kakek nya bahwa mustahil
membawa air dari sungai dengan keranjang yang sudah dibolongi, maka
sang cucu mengambil ember sebagai gantinya.

Sang kakek berkata, " Aku tidak mau ember itu; aku hanya mau keranjang
batubara itu. Ayolah, usaha kamu kurang cukup," maka sang kakek pergi
ke luar pintu untuk mengamati usaha cucu laki-lakinya itu. Cucu nya
yakin sekali bahwa hal itu mustahil, tetapi ia tetap ingin menunjukkan
kepada kakek nya, biar sekalipun ia berlari secepat-cepatnya, air
tetap akan bocor keluar sebelum ia sampai ke rumah.

Sekali lagi sang cucu mengambil air ke dalam sungai dan berlari sekuat
tenaga menghampiri kakek, tetapi ketika ia sampai didepan kakek
keranjang sudah kosong lagi. Sambil terengah-engah ia berkata, " Lihat
Kek, percuma!" " Jadi kamu pikir percuma?" Jawab kakek.

Kakek berkata, " Lihatlah keranjangnya." Sang cucu menurut, melihat ke
dalam keranjangnya dan untuk pertama kalinya menyadari bahwa keranjang
itu sekarang berbeda. Keranjang itu telah berubah dari keranjang
batubara yang tua kotor dan kini bersih, luar dalam. " Cucuku, hal
itulah yang terjadi ketika kamu membaca Qur'An. Kamu tidak bisa
memahami atau ingat segalanya, tetapi ketika kamu membaca nya lagi,
kamu akan berubah, luar dalam.

Itu adalah karunia dari Allah di dalam hidup kita."

Jika kamu merasa email ini patut dibaca, maka lanjutkanlah ke
teman-temanmu. Seperti sabda Nabi Muhammad( SAW) :
" Bagi siapa saja yang membawa kebaikan maka akan mendapat ganjarannya"

from: Oni Mayendra


--
[h][A][n][u][N][g] - living in the beautiful life

11 mdpl, 0°57'166" LS, 122°47'287" BT
"Semua Orang itu Guru, Alam Raya Sekolahku, Sejahteralah Bangsaku" - Marjinal

Fwd: Bunuhlah seekor ayam utk menakuti seribu ekor kera



---------- Forwarded message ----------
From: Chalendra <chalendra.ranu@singgar-mulia.co.id>
Date: Aug 1, 2007 4:54 PM
Subject: Bunuhlah seekor ayam utk menakuti seribu ekor kera
To: Akhmad Khabibi <kbh651@yahoo.co.id>
Cc: tarantula mx < tarantula_mx@yahoo.com>, Hanung <hanung665@gmail.com>, Gigih Mardana <gigihmardanaku@yahoo.com>, Dira Lestari < gate_tsu@yahoo.com>, Cahyo Budi Nugroho <cahyobudinugroho@gmail.com>, awidya santikajaya <akhi_cok@yahoo.com>, Andik Prasetyo < andp_buanavizta@yahoo.com>

Bunuhlah seekor ayam utk menakuti seribu ekor kera

 

Kira2 di indonesia bisa nggak ya diterapkan seperti ini ......

 

Bangsa Ini Memerlukan Zhu?
Oleh: Asro Kamal Rokan (Republika Online)

Amazing!
Dari tahun 2001 sampai 2005 Cina telah menghukum mati 4000 orang karena korupsi, dan menurut Amnesti Internasional (AI) fakta sesungguhnya masih lebih banyak lagi. Orang bilang komunis itu kejam, tapi cara tsb
terbukti sukses memberantas korupsi dan hasilnya terlihat indikator perekonomian Cina melesat. Bunuhlah seekor ayam untuk menakuti seribu ekor kera, beranikah
Indonesia meniru?

Xiao Hongbo telah dihukum mati pekan lalu. Delapan orang pacarnya -- yang dibiayai dalam kehidupan mewah-- mungkin hanya menangisi lelaki berusia 37 tahun. Tidak ada yang bisa membantunya. Deputi manajer cabang Bank Konstruksi
China , salah satu bank milik negara, di Dacheng, Provinsi Sichuan , itu dihukum mati karena korupsi. Xiao telah merugikan bank sebesar 4 juta yuan atau sekitar Rp 3,9 miliar
sejak 1998 hingga 2001. Uang itu digunakan untuk membiayai kehidupan delapan pacarnya.

Xiao Hongbo satu di antara lebih dari empat ribu orang di Cina yang telah dihukum mati sejak 2001 karena terbukti melakukan kejahatan, termasuk korupsi. Angka empat ribu itu, menurut Amnesti Internasional
(AI),jauh lebih kecil dari fakta sesungguhnya. AI mengutuk cara-cara Cina itu, yang mereka sebut sebagai suatu yang mengerikan. Tapi, bagi Perdana Menteri Zhu Rongji inilah jalan menyelamatkan Cina dari kehancuran. Ketika dilantik menjadi perdana menteri pada 1998, Zhu dengan lantang mengatakan, ''Berikan kepada saya seratus peti mati, sembilan puluh sembilan untuk koruptor, satu untuk saya jika saya
melakukan hal yang sama.''

Zhu tidak main-main. Cheng Kejie, pejabat tinggi Partai Komunis Cina, dihukum mati karena menerima suap
lima juta dolar AS. Tidak ada tawar-menawar. Permohonan banding wakil ketua Kongres Rakyat Nasional
itu ditolak pengadilan. Bahkan istrinya, Li Ping, yang membantu suaminya meminta uang suap, dihukum penjara. 

Wakil Gubernur Provinsi
Jiangxi , Hu Chang-ging, pun tak luput dari peti mati. Hu terbukti menerima suap berupa mobil dan permata senilai Rp 5 miliar. Ratusan bahkan mungkin ribuan peti mati telah terisi, tidak
hanya oleh para pejabat korup, tapi juga pengusaha, bahkan wartawan. Selama empat bulan pada 2003 lalu, 33.761 polisi dipecat. Mereka dipecat tidak hanya karena menerima suap, tapi juga berjudi, mabuk-mabukan,
membawa senjata di luar tugas, dan kualitas di bawah standar. Agaknya Zhu Rongji paham betul pepatah Cina: bunuhlah seekor ayam untuk menakuti seribu ekor kera.
Dan, sejak ayam-ayam dibunuh, kera-kera menjadi takut, kini pertumbuhan ekonomi Cina mencapai 9 persen per tahun dengan nilai pendapatan domestic bruto sebesar 1.000 dolar AS. Cadangan devisa mereka
sudah mencapai 300 miliar dolar AS.

Sukses Cina itu, menurut guru besar Universitas Peking, Prof Kong Yuanzhi, karena Zhu serius memberantas korupsi. Perang terhadap korupsi diikuti dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Zhu
mengeluarkan dana besar untuk pendidikan manajemen, mengirim ribuan siswa belajar ke
luar negeri, dan juga mengundang pakar bisnis berbicara di Cina.


Kini, lihatlah apa yang terjadi di
Indonesia . Pengangguran terus bertambah, anak-anak gadis dari desa terpaksa menjadi pelacur di kota, lulusan SMU menjadi pengamen, anak-anak SD yang malu
tidak dapat membayar uang sekolah, bunuh diri. Ratusan ribu orang tumpah ke kota-kota karena di desa tidak ada harapan. Ratusan ribu orang menjadi tenaga kerja di luar negeri, ditipu calo dan disiksa majikannya. Mereka adalah korban. Koruptor menghisap hidup mereka, bertahun-tahun tanpa ada
yang menolong. Koruptor mengambil hak mereka atas tanah, hak mereka atas air, hak mereka untuk sekolah, hak mereka untuk berdagang, hak mereka untuk bekerja, hak mereka untuk mendapatkan layanan, hak mereka untuk kesehatan.

Apalagi hak yang tersisa untuk orang-orang miskin itu? Pemerintah bukan penolong orang-orang miskin, terkadang mereka juga mengambil uang dari orang-orang miskin. Bangsa ini memerlukan orang seperti Zhu Rongji, bukan pecundang atau pesolek yang tiap kali berbicara atau mengambil kebijakan selalu mwngutip kalimat "atas nama rakyat", tetapi hasil yang didapat jauh panggang dari api.

Inilah
Indonesia saat ini!

Jatuhkanlah tiga buah batu dari pesawat udara di wilayah
Indonesia, maka, yakinlah satu di antara batu itu akan mengenai kepala koruptor



--
[h][A][n][u][N][g] - living in the beautiful life

11 mdpl, 0°57'166" LS, 122°47'287" BT
"Semua Orang itu Guru, Alam Raya Sekolahku, Sejahteralah Bangsaku" - Marjinal