Sunday, November 18, 2007

Pasutri di Luwuk yang tinggal bersama seekor buaya

Seekor Buaya Disangka Anak
Kamis, 31 Mei 2007, 07:54:43 WIB

http://www.myrmnews.com/nusantara/index.php?q=news&id=5570

Rakyat Merdeka.
Percaya atau tidak, tapi fakta membuktikan bahwa sepasang suami istri
(pasutri) di Desa Baya, Kecamatan Bantayan, Kabupaten Banggai,
Sulteng, memiliki cara hidup aneh: Hidup bersama seekor buaya.

Uniknya lagi, dipilihnya kehidupan tak lazim yang telah dijalani
hampir lima tahun itu disebabkan karena buaya yang telah berusia 14
tahun itu, diyakini sebagai salah satu putri kandung mereka yang
dilahirkan dari rahim sang istri.

Bagi sebagian besar warga Kota Luwuk, Provinsi Sulteng, cerita tentang
kehidupan pasutri bernama Sarkawi Daeng Sarkawi dan Rusmawaty, yang
telah hidup bersama seekor buaya di rumah mereka selama bertahun-tahun
sudah tak asing lagi.

Buktinya, ketika ditelurusi kebenaran cerita tersebut, sejumlah
informasi akurat pun diberikan banyak warga di sana. Tak itu saja.
Sebab, Junaedy (35) salah seorang warga setempat secara spontan
menjadi pemandu menuju desa kediaman pasutri Sarkawi tersebut.

''Bagi warga Luwuk sendiri, kendati terdengar aneh, tapi itu sudah
dianggap biasa cerita buaya hidup serumah dengan manusia,'' ujar
Junaedy.

Dengan berkendaraan mobil selama hampir satu jam, tak sulit mencari
rumah pasutri yang berasal dari Desa Kolaka, Sulsel itu.

Karena kebetulan rumah sederhana mereka yang terbuat dari bahan kayu
itu tepat berada di tepian jalan raya, penghubung Kota Luwuk dan
Kecamatan Lamala dan Balantak, dua kecamatan terbesar di bagian barat
Kabupaten Banggai. Rusmawaty, sang istri pun tanpa sungkan, langsung
menyilahkan Koran ini masuk ke ruang tamu.

''Saya sudah biasa menerima tamu dari luar yang penasaran dengan
kehidupan kami ini,'' tutur Rusmawaty yang diiayakan Sarkawi suaminya.
Lantas, dimana buaya itu? Spontan kedua pasutri yang berprofesi
sebagai petani sawah itu mengajak Koran ini beranjak dari ruang tamu
menuju ke ruang belakang yang berukuran sekitar 7 meter x 4 meter.

Ruang yang beralaskan tanah becek itu terdiri dari dapur, ruang makan
dan sebuah kolam kecil. ''Maaf pak, di sini becek terus karena Wirda
si kakak sering naik turun dari kolamnya ke ruang kamar,'' tutur
Rusmawaty dengan ekspresi biasa sembari menunjukkan telunjuk kanannya
ke arah kolam.

''Wirda si kakak'' yang dimaksudkan adalah seekor buaya yang tampak
tenang di dalam kolam yang hanya berukuran 3 meter x 2,5 meter itu.
Buaya itu seperti lazimnya buaya yang ada, memiliki bentuk dan rupa
buaya kebanyakan. Panjangnya mencapai sekitar tujuh meter.

''Kakak lagi istirahat. Setiap menjelang zuhur hingga menjelang
magrib, kakak berada di kolam ini. Selebihnya, malam sampai pagi dia
tidur bersama kami di kamar di ruang sebelah,'' imbuh Sarkawi, lelaki
tinggi tegap berkulit sawo matang itu. Bertepatan memang saat
berkunjung ke rumahnya saat itu waktu menunjukkan pukul 11.45 WITA.

Sementara itu, sebuah kejadian tak biasa sempat terjadi ketika Buaya
yang bernama ''si kakak'' itu mau diphoto. Buaya yang tadinya tenang,
terlihat berubah gelisah. Badannya yang semula diam, mulai bergerak.
Moncongnya yang panjang mulai diangkat ke permukaan.

Tak itu saja. Ketika mau diambil gambarnya, tanpa alasan kamera
mendadak macet, spontan Sarkawi memberi informasi tentang aturan
mengambil gambar. , ''Maaf pak. Jangan langsung memotret seenaknya,''
tuturnya, tersenyum.

Bagi Sarkawi maupun Rusmawaty, buaya yang kerap disapa ''kakak Wirda"
itu, tetap diyakini sebagai salah satu putri kandung mereka.

''Saat melahirkan pada tanggal 8 Pebruari 1984 lalu, istri saya
pertama melahirkan seekor buaya kecil. Keluar dari mulut rahimnya
selayaknya perempuan melahirkan normal,'' kisah Sarkawi yang disambung
Rusmawaty, ''Hanya beberapa detik kemudian disusul kelahiran putri
kami yang kini tumbuh normal. Yang buaya kami namakan Wirda dan
adiknya yang berujud manusia kami namakan Wida,'' katanya.

Tidak shock? Ditanya begitu, keduanya mengaku semula memang shock,
tapi karena jauh sebelum melahirkan keduanya sudah diingatkan oleh
para orangtuanya kemungkinan bahwa sang istri akan melahirkan seekor
buaya, ''Karena saya masuk dalam garis keturunan kerajaan Arupalaka.
Dalam keturunan kami, sudah tiga kakek kami berbentuk buaya dan
ular,'' tutur Sarkawi.

Itu sebabnya ketika melahirkan di sebuah desa di Kolaka pada tahun
1984 lalu, dia dan istri tak begitu kaget lagi.

Meski begitu, keduanya mengakui bahwa untuk memelihara terus sang bayi
buaya adalah tak mungkin. Apalagi, sejak kelahiran sang bayi aneh itu,
seisi kampong langsung heboh. Karena tak tahan pada pergunjingan
penduduk setempat, ditambah tergerak merantau ke daerah lain, Sarkawi
dan istri memutuskan melepaskan sang bayi buaya yang masih berusia
beberapa minggu itu ke sungai di belakang rumah mereka.

Setelah itu, pada tahun 1984, mereka memutuskan pindah ke Luwuk
Banggai mengikuti kerabatnya yang sudah berdomisili di sana. Siapa
sangka, tutur Sarkawi. Pada tahun 2002, mendadak Wida anak mereka
bermimpi pada satu malam. Dia didatangi seekor buaya.

''Adik, ini Kakakmu. Kalian ada di Luwuk kan. Kakak akan ke sana.
Kakak sudah dekat tempat kalian. Jemput kakak ya,'' tutur Sarkawi
meniru pesan sang buaya melalui mimpi Wida, anak mereka itu. Begitu
diceritakan mimpinya, segera Sarkawi dan istri sepakat menyatakan
bahwa anaknya dalam perjalanan menuju rumah mereka.

''Apa boleh buat, ini takdir kita. Kita harus memelihara dia. Biar
bagaimanapun, dia adalah titipan Allah untuk kita,'' kata keduanya
sepakat. Semula Sarkawi mengaku bingung menentukan dimana anaknya akan
tiba, ''Yang pasti akan melalui muara sungai,'' katanya yakin. Segera
dia menghubungi kerabatnya di seantero desa di Luwuk Banggai yang
memiliki sungai. ''Saya pesan bahwa jika menemukan seekor buaya,
tolong jangan dibunuh, karena itu anak saya dan saya akan
mengambilnya.'' ***/jpnn

--
pas googling nemu tulisan di atas, trus copas deh :-)

saya sendiri telah mengunjungi keluarga ini, dan buaya ini tampaknya
memang seperti buaya pada umumnya, nothing spesial kecuali jumlah
jari2nya yang lima jari pada tiap kaki. memang benar adanya ketika mo
difoto buaya tersebut mulai gelisah dan bergerak.

percaya atau tidak, benar atau tidak, waallahualam..

--
[h][A][n][u][N][g] - living in the beautiful life

11 mdpl, 0°57'166" LS, 122°47'287" BT
"Semua Orang itu Guru, Alam Raya Sekolahku, Sejahteralah Bangsaku" - Marjinal

No comments: