From: Beruk <sri_sutyoko@yahoo.co.uk>
Date: Aug 15, 2007 10:10 PM
Subject: [pangrango.com] Perayaan Proklamasi Kemerdekaan RI 1947
To: pangrango@yahoogroups.com
* Rakyat Indonesia merayakan ulang tahun kedua hari kemerdekaannya.
* Wakil Presiden Mohammad Hatta dan rombongan yang sedang dalam
perjalanan keliling Sumatera merayakannya ulang tahun kedua proklamasi
di Bukittinggi. Masyarakat Indonesia di Australia mengadakan
rapat-rapat dan pertemuan. Juga masyarakat Indonesia di Kaledonia
Baru. (LU t.h.)
* Dalam pidatonya untuk memperingati ulang tahun proklamasi
kemerdekaan Indonesia yang kedua hari ini Wakil Presiden Mohammad
Hatta menyatakan a.l.:
"Tindakan Belanda yang berujud hendak menghancurkan Republik,
menimbulkan akibat yang sebaliknya. Dengan dibawanya soal Indonesia ke
dalam sidang Dewan Keamanan UNO (PBB) maka kedudukan kita sebagai
negara menjadi bertambah kuat. Pandangan dunia bertambah banyak kepada
kita, simpati dunia bertambah besar. Sebab itu, betapa juga sedihnya
suasana yang kita hadapi sekarang, kedudukan Republik Indonesia pada
hari ulang tahun yang kedua ini lebih kuat daripada waktu setahun
merdeka!" (LS93)
* Sutan Sjahrir atas nama Pemerintah Republik Indonesia (RI) menolak
usul yang diajukan oleh Amerika berupa tawaran "jasa-jasa baik" kepada
kedua belah pihak yang bersengketa, Indonesia dan Belanda.
Sebenarnya penolakan ini sudah diberikan pada 3 Agustus 1947, walau
tidak secara terang-terangan. Penolakan diberikan dengan jelas, ketika
Amerika menghendaki jawaban pada 18 Agustus 1947. (KN270)
* Pada hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang kedua hari ini
Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI), Jenderal
Sudirman, menyampaikan amanat kepada anggota APRI dan seluruh rakyat
Indonesia a.l. sbb.:
"Banyak pengorbanan yang telah diberikan sebagaimana tiap-tiap
perjuangan meminta korban. Beribu-ribu jiwa telah melayang,
harta-benda hancur musnah, namun Rakyat dan Bangsa Indonesia tetap
bertekad bulat melanjutkan perjuangan sampai cita-cita yang suci
tercapai dan cita-cita suci ini pasti akan tercapai.
Kepada para pahlawan yang telah gugur sebagai Bunga Bangsa, kami
sampaikan penghormatan kami yang diiringi dengan do'a semoga Tuhan
menempatkan arwah saudara-saudara dan anakku di tempat yang
sebaik-baiknya. Selanjutnya semoga kepada segenap keluarga yang
tinggal, diberi perlindungan dan kepuasan.
Terimalah ucapan terimakasih dari Bapak atas nama Pemimpin dan
keluarga Angkatan Perang Republik Indonesia seluruhnya.
Terimakasih kami ucapkan pula kepada segenap anak-anak dan
saudara-saudaraku yang kini masih sedang berjuang menunaikan
kewajibannya mendermakan bakti terhadap Nusa dan Bangsa. Tetap penuh
kepercayaan kami terhadap kesanggupan dan semangat segenap
anggota-anggota Angkatan Perang dan rakyat seluruhnya dalam menghadapi
segala macam ujian. Tekad yang telah dibuktikan, itulah menjadi
senjata yang terutama yang sanggup menghancur-leburkan siapapun yang
hendak menindas dan menjajah Negara dan Bangsa kita. Janganlah kita
berkecil hati melihat kemajuan-kemajuan musuh yang menggunakan
alat-alat perang yang serba lengkap dan modern. Musuh tidak dapat
bertahan lama, lebih-lebih jika segenap kekuatan Angkatan Perang
bersama-sama dengan Rakyat seluruhnya tetap erat bersatu lahir dan
bathin, tetap mempunyai jiwa yang merdeka, yang bernyala-nyala.
Percaya dan yakinlah, insya Allah kemenangan akhir ada di pihak kita,
karena Rakyat Indonesia benar-benar melakukan perang suci membela
kebenaran dan keadilan.
Kami percaya, anak-anak dan saudara-saudaraku sekalian akan tetap
menunaikan sumpah setianya terhadap Tuhan dan Ibu Pertiwi, dengan
tekad yang bulat satu, lebih baik Negara kita menjadi lautan api
daripada dijajah kembali.
Marilah kita bersama-sama pada saat hari perayaan peringatan
Proklamasi Indonesia Merdeka ini membulatkan kembali sumpah dan tekad
kita semula, timbul dan tenggelam bersama-sama dengan Negara kita.
Selanjutnya berjuang dengan girang, bekerja dengan gembira untuk Nusa
dan Bangsa."
Amanat ini oleh Pejabat Penerangan Aceh dan Sub Penerangan Tentara
Divisi X dicetak dan disebarkan ke segenap penjuru Daerah Aceh. (TM2
146-7)
* Lewat Radio Pemerintah Pusat, Bung Tomo menyatakan hari ini: "Di
Malang kawan-kawan kita telah membakar banyak rumah orang Belanda. Di
Surabaya mereka menembaki gedung bioskop ketika sedang diputar film
yang ditonton banyak orang Belanda.
Hai, rekan-rekan yang tinggal di wilayah yang diduduki Belanda: Pada
waktu orang Belanda sedang tertidur, diam-diam tuangilah rumah mereka
dengan minyak tanah, dan bakarlah rumah itu dengan korek api. Atau
kalau tidak, potonglah saja leher mereka. Ini mudah sekali, jauh lebih
mudah dari memotong ayam. Sebab untuk memotong ayam kita harus
mengucapkan doa, tapi untuk memotong Belanda tidak perlu. Tidak ada
yang lebih mudah dari itu. Hari ini adalah hari Tahun Baru (tanggal 17
Agustus ini adalah Tahun Baru Islam), sebab itu bunuhlah orang Belanda
itu, dan ambil pakaiannya, sebab itulah hadiah yang pantas bagi
kalian." (FA59)
* Dr. Sudarsono membuka The Office of the Representative (Kantor
Perwakilan Republik Indonesia) di New Delhi, India. Ia datang ke India
ditemani seorang sekretaris pribadi, Anneke, dan seorang karyawan
perhubungan, Munardjo.
Sebagai ketua Perwakilan Republik di luar negeri ia mengangkat
beberapa orang Deputy Representative (Wakil Muda) Baharuddin A. Ubani
untuk New Delhi, India, Maryunani untuk Rangoon, Birma, Idham (yang
sebelumnya bertugas di Negeri Belanda) untuk Pakistan.
Sebelum dikirim ke New Delhi, Dr. Sudarsono adalah Menteri Perbekalan
dalam Kabinet Sjahrir. (MS243)
* Genap dua tahun usia Republik Indonesia dirayakan di seluruh Aceh
dengan rapat-rapat umum, pertemuan-pertemuan, dan ceramah-ceramah
untuk mengobarkan semangat perjuangan. (TM2 147)
* Ulang tahun kedua kemerdekaan Indonesia yang jatuh bertepatan
dengan hari raya Idulfitri dirayakan secara besar-besaran dan dengan
penuh kegembiraan oleh masyarakat Aceh.
Residen Aceh, T.T. Mohd. Daudsjah, atas nama Pemerintah Keresidenan
Aceh, dari mimbar upacara menyampaikan ucapan selamat kepada seluruh
lapisan rakyat di daerah ini. Ia mengajak para pemuda dan orang tua,
lelaki dan perempuan, untuk tetap menyingsingkan lengan baju, waspada
dan siap sedia menghadapi setiap kemungkinan, "karena tentara Belanda
masih beringas hendak mencaplok daerah kita.
Insya Allah, berkat persatuan yang kokoh dan didorong rasa cinta
kepada kemerdekaan, setiap percobaan itu akan dapat kita patahkan,"
kata Residen.
Kepala Pejabat Penerangan Aceh, Osman Raliby, menguraikan secara urut
riwayat perjuangan yang berlangsung sejak tanggal 17 Agustus 1945
hingga hari itu.
A. Hasjmy atas nama para pejuang di daerah itu berjanji bahwa rakyat
Aceh akan berjuang terus sampai kemenangan akhir tercapai.
"Hendaknya Belanda jangan mencoba-coba terus memperluas daerah
kekuasaannya dengan melancarkan agresi militer besar-besaran. Karena
pejuang-pejuang Aceh pun, insya Allah, akan melancarkan
serangan-serangan memastikan terhadap kedudukan mereka," demikian A.
Hasjmy.
Untuk selingan, beberapa kali pimpinan rapat mempersilakan pemuda
pejuang, Said Ubaidillah, menyanyikan lagu kasidah. (TM2 148-9)
* Kota-kota di seluruh Aceh bertambah ramai oleh pengungsi yang
datang dari Keresidenan Sumatera Timur. Mereka memperkirakan bahwa di
tempat yang baru itu mereka akan terhindar dari ancaman pertempuran
yang setiap waktu dapat terjadi antara pejuang kemerdekaan Indonesia
dengan tentara Belanda dan kaki tangannya.
Sebagian pengungsi ditampung oleh sanak keluarga atau teman, sebagian
lagi berteduh di gedung-gedung sekolah dan bangunan-bangunan yang ada
di dalam kota. Mereka itu terdiri dari masyarakat umum dan pemimpin
berbagai organisasi politik dan sosial.
Kota Kualasimpang, Langsa, Lhokseumawe, Kutacane, dan Kotaraja
(sekarang Banda Aceh) menampung pengungsi dari bagian timur Sumatera
Utara, sedang kota Bakongan, Tapaktuan, dan Meulaboh menampung
pengungsi dari daerah belahan barat.
Akibat pengungsian itu harga-harga bahan makanan meningkat tajam.
Sementara itu karena penduduk sibuk dengan perjuangan, lahan-lahan
pertanian seperti sawah dan ladang banyak terbengkalai. (TM2 147-8)
* Gabungan Perkumpulan Tionghoa Perantauan (GPTP) Bireuen
menyumbangkan uang sebesar f 75.000,00 kepada Dewan Pembantu Angkatan
Darat di Bireuen.
Dalam upacara penyerahan sumbangan tersebut Ketua GPTP Bireuen, Tio
Moh Lam, menyatakan bahwa penduduk Tionghoa bersimpati kepada
perjuangan bangsa Indonesia, dan mencela tindakan sebagian orang
Tionghoa di Sumatera Timur yang bersikap dan berbuat merugikan
Republik Indonesia. (TM2 147)
* Hua Chiau Chung Kutacane menyerahkan sumbangan sebesar f 50.000,00
kepada Dana Perjuangan Kemerdekaan Indonesia setempat. (TM2 147)
* Di Taman Sari, Kotaraja, diselenggarakan solat Idulfitri.
Seusai solat diresmikan berdirinya Tugu Kemerdekaan di salah satu sudut taman.
Dalam kesempatan itu Residen Aceh membacakan teks Proklamasi
Kemerdekaan, dilanjutkan dengan pembukaan selubung tugu yang ditutup
dengan kain warna merah-putih, oleh A. Hasjmy selaku anggota Badan
Pekerja Dewan Perwakilan Rakyat Aceh.
Malam hari diadakan resepsi dan keramaian rakyat yang didatangi
puluhan ribu penduduk dari dalam dan luar kota. (TM2 149)
(Sumber : Kronik Revolusi Indonesia 1947, Pramoedya Ananta Toer dkk)
--
[h][A][n][u][N][g] - living in the beautiful life
11 mdpl, 0°57'166" LS, 122°47'287" BT
"Semua Orang itu Guru, Alam Raya Sekolahku, Sejahteralah Bangsaku" - Marjinal
No comments:
Post a Comment