From: Beruk <sri_sutyoko@yahoo.co.uk>
Date: Aug 15, 2007 12:24 PM
Subject: [pangrango.com] 15 Agustus 1945 - 2 Hari Menjelang Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia
To: pangrango@yahoogroups.com
Pagi :
Perwira-perwira Prajurit Pembela Tanah Air (PETA) seluruh Jawa
dikumpulkan di Bogor. Seorang perwira Jepang dengan bercucuran air
mata mengumumkan atas perintah Tenno Heika (Kaisar Jepang), bahwa
Jepang sudah menyerah kepada Sekutu.
Sore :
Subadio Sastrosatomo dan Subianto datang ke rumah Hatta, mengabarkan
bahwa Jepang sudah menyerah, dan minta supaya Sukarno sebagai pemimpin
rakyat atas nama rakyat mengucapkan proklamasi lewat radio ke seluruh
dunia.
Hatta menyatakan, bahwa Jepang telah mengakui kemerdekaan Indonesia,
dan penyelenggaraannya terserah kepada PPKI. Karena itu rapat akan
diadakan di Pejambon besok.
Kedua pemuda menyatakan, bahwa hal itu harus dihalangi. Hatta
mengajukan beberapa alasan, tapi sampai setengah jam berdebat tidak
tercapai hasil apapun. Kedua pemuda mengatakan:
"Di saat revolusi, kami rupanya tidak dapat membawa Bung serta. Bung
tidak revolusioner!"
Hatta menjawab: "Saya pun menginginkan revolusi, tapi ingin
menyiapkan organisasinya. Tindakan kalian itu Putsch, seperti yang
dilakukan Hitler di Muenchen tahun 1923." "Bung tak bisa diharapkan
mengadakan revolusi," jawab mereka. (HS28-9)
Malam :
Keputusan rapat golongan pemuda disampaikan oleh Wikana dan Darwis
kepada Ir. Sukarno di Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Wikana menuntut
agar proklamasi dinyatakan oleh Ir. Sukarno keesokan harinya. Ia
menyatakan, akan terjadi pembunuhan dan pertumpahan darah besok, kalau
keinginan itu tak dilaksanakan. Mendengar itu Sukarno marah dan
berkata:
"Inilah leher saya, seret saya ke pojok dan sudahi nyawa saya, tak
usah tunggu besok. Saya tidak bisa melepaskan tangggung jawab saya
sebagai Ketua PPKI. Karena itu akan saya tanyakan kepada wakil-wakil
PPKI besok."
"Maksud kami bukan membunuh Bung. Kami cuma mau memperingatkan, kalau
kemerdekaan tak diproklamirkan malam ini juga, besok rakyat akan
bertindak membunuhi orang-orang yang dicurigai, yang pro-Belanda,
seperti orang Ambon dll."
Menurut para pemuda itu, jam 12.00 besok 15.000 rakyat akan menyerbu
ke kota, dan itulah saat yang baik bagi PETA dan pemuda untuk
merobohkan pemerintahan Jepang. (HS14)
Adegan itu disaksikan golongan nasionalis angkatan tua seperti Hatta,
Dr. Buntaran Martoatmodjo, Dr. Samsi, Mr. Ahmad Subardjo, Mr. Iwa
Kusumasumantri. Mereka masih menekankan pentingnya diadakan rapat PPKI
lebih dahulu.
Hatta usul untuk bicara dengan Sukarno, Ahmad Subardjo, dan Buntaran
selama 15 menit. Usul diterima.
Kesimpulan pertemuan 4 orang: Kalau pemuda memaksakan kehendaknya,
maka mereka harus mencari pimpinan lain yang belum bekerjasama dengan
Jepang, dan keempat pemimpin akan menyokong revolusi.
Perundingan macet, dan semua bubar. Ahmad Subardjo mengantarkan Hatta
pulang. (HS...)
(Sumber : Kronik Revolusi Indonesia 1945; Pramoedya Ananta Toer dkk)
--
[h][A][n][u][N][g] - living in the beautiful life
11 mdpl, 0°57'166" LS, 122°47'287" BT
"Semua Orang itu Guru, Alam Raya Sekolahku, Sejahteralah Bangsaku" - Marjinal
No comments:
Post a Comment