semua orang (yang kenal saya) tau saya tinggal di kerajaan antah-berantah. kerajaan yang kelihatannya makmur, subur, damai, tentram, dan sejahtera karena berada di bawah langsung di kerajaan langit. ibaratnya kerajaan kami ini adalah kerajaan yang diturunkan dari langit untuk mendampingi kerajaan bumi yang dalam pandang mata saya tidak (banyak yang) beres.
namun keraan antah-berantah ini sendiri juga tidak beres. perdana menteri yang korup, markup pengadaan barang keperluan kerajaan misalnya gong, tombak, panah, permadani, dsb, hampir tidak pernah mencantumkan harga yang benar dan wajar. walaupun bukti2 tertulis mendukung kebenaran harga2 ini, namun kewajaran dan realita di pangan seringkali tidak benar.
sementara para menteri sibuk memperkaya diri. mencari2 alasan agar pundi2 kekayaan masuk ke kantong pribadi. para punggawa kerajaan pun ketularan menteri2 ini, namun tak sedikit yang bersih, idealis, entah karena masihb aru atau karena memang idealis.
saya cuma tukang setempel. tiap orang yang mau lewat kerajaan kami ini harus mempunyai surat sakti yang sangat berguna untuk si pengunjung maupun kerajaan kecil yang diwakilinya. sayalah yang bertugas memberi stempel itu. klo saya berhalangan masih ada teman saya yang menggantikan.
dari pekerjaan nyetempel ini, banyak pengunjung yang sudah maupun sedang diproses surat jalannya memberikan upeti kepada saya. saya tidak minta, apalagi memaksa, sama sekali tidak, amit-amit meen. para punggawa lain bilang itu upeti terimakasih, karena udah dibantu memercepat proses surat jalannya. lho?! lha wong saya ini ya kerja baik2 ga terpengaruh upeti, berusaha adil sesuai urutan surat permohonan lewat yang masuk, tidak berupaya memperlambat sama sekali lho. kadang saya curiga upeti itu hasil paksaan dari menteri2. namun saya belum pernah melihat langsug, jadi ga mau berburuk sangka. klo ngasih upetinya ikhlas lilahita'ala ya gpp, klo harena dipaksa atau diperas para menteri (jahanam terkutuk laknat bangsat) itu gimana? saya ikut mikul dosanya kan pastinya? klopun ngasihnya ikhlas, patut dipertanyan juga, para pengunjung itu dapat harta kekayaannya dari mana? wong saya tau dengan pasti para pengunjung dan pelewat itu tidak lebih kaya dari saya..(aah apakah memainkan logika bisa berakibat berburuk sangka?)
aah, andai ada keraan lain yang mempunyai kondisi lebih baik saya tentu akan mikir2 untuk tetap di kerajaan ini. namun dari teropong batin saya melihat kerajaan lain apalagi keraan bumi lebih parah. aah..apa yang mesti saya lakukan..oh Thian yang maha kuasa, berilah hamba ynag bodoh ini kekuatan dan pencerahan..selamatkan hamba dari kerusakaan kerajaan ini..juga dari tekanan kerajaan langit..
hanung_665
*punggawa rendahan di kerajaan antah-berantah*
namun keraan antah-berantah ini sendiri juga tidak beres. perdana menteri yang korup, markup pengadaan barang keperluan kerajaan misalnya gong, tombak, panah, permadani, dsb, hampir tidak pernah mencantumkan harga yang benar dan wajar. walaupun bukti2 tertulis mendukung kebenaran harga2 ini, namun kewajaran dan realita di pangan seringkali tidak benar.
sementara para menteri sibuk memperkaya diri. mencari2 alasan agar pundi2 kekayaan masuk ke kantong pribadi. para punggawa kerajaan pun ketularan menteri2 ini, namun tak sedikit yang bersih, idealis, entah karena masihb aru atau karena memang idealis.
saya cuma tukang setempel. tiap orang yang mau lewat kerajaan kami ini harus mempunyai surat sakti yang sangat berguna untuk si pengunjung maupun kerajaan kecil yang diwakilinya. sayalah yang bertugas memberi stempel itu. klo saya berhalangan masih ada teman saya yang menggantikan.
dari pekerjaan nyetempel ini, banyak pengunjung yang sudah maupun sedang diproses surat jalannya memberikan upeti kepada saya. saya tidak minta, apalagi memaksa, sama sekali tidak, amit-amit meen. para punggawa lain bilang itu upeti terimakasih, karena udah dibantu memercepat proses surat jalannya. lho?! lha wong saya ini ya kerja baik2 ga terpengaruh upeti, berusaha adil sesuai urutan surat permohonan lewat yang masuk, tidak berupaya memperlambat sama sekali lho. kadang saya curiga upeti itu hasil paksaan dari menteri2. namun saya belum pernah melihat langsug, jadi ga mau berburuk sangka. klo ngasih upetinya ikhlas lilahita'ala ya gpp, klo harena dipaksa atau diperas para menteri (jahanam terkutuk laknat bangsat) itu gimana? saya ikut mikul dosanya kan pastinya? klopun ngasihnya ikhlas, patut dipertanyan juga, para pengunjung itu dapat harta kekayaannya dari mana? wong saya tau dengan pasti para pengunjung dan pelewat itu tidak lebih kaya dari saya..(aah apakah memainkan logika bisa berakibat berburuk sangka?)
aah, andai ada keraan lain yang mempunyai kondisi lebih baik saya tentu akan mikir2 untuk tetap di kerajaan ini. namun dari teropong batin saya melihat kerajaan lain apalagi keraan bumi lebih parah. aah..apa yang mesti saya lakukan..oh Thian yang maha kuasa, berilah hamba ynag bodoh ini kekuatan dan pencerahan..selamatkan hamba dari kerusakaan kerajaan ini..juga dari tekanan kerajaan langit..
hanung_665
*punggawa rendahan di kerajaan antah-berantah*
1 comment:
yah emang ginilah boss kalo tinggal dalam kerajaan entah berantah, rajannya aja ogah-ogahan apalagi rakyatnya.
tapi mantab boss, salam kenal
Post a Comment